<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7024205\x26blogName\x3dCinta+-+Muslimah\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://cintaku-msl.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://cintaku-msl.blogspot.com/\x26vt\x3d7795640409211778385', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

MUSLIMAH ( 4 ) | Tuesday, September 27, 2005


MUSLIMAH ( 4 )

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM
Assalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuhu,

Alhamdulillaahi Robbal'aalamiin, washolatu wassalamu'ala Rasulillah
wa'ala alihi washobihi wassalam. InsyaAllah kali ini saya tayangkan bagian
terakhir dari artikel mengenai Muslimah ini. Selamat menikmati dan semoga
bisa mengambil hikmah dan manfaat darinya. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

LAIN-LAIN HAK KAUM WANITA
-------------------------

POLIGAMI

Islam telah membenarkan lelaki menikah lebih dari satu hingga empat
orang istri dan hukumnya tidak wajib dan juga tidak sunat, hanya berupa
kebolehan yang tergantung pada keadaan jika itu dianggap baik dilaksanakan;
jika tidak maka lebih utama ditinggalkan. Allah SWT berfirman : "Dan jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bila mana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (An Nisa':3)

Yang dimaksud adil terhadap istri, baik mengenai nafkah atau lainnya
yang dapat dilaksanakan keadilannya. Firman-Nya :"Dan kamu sekali-kali tidak
akan dapat berlaku adil di antara istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat
demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai)
sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (An Nisa' : 129)

Antara beberapa perkara yang mendorong poligami ialah istrinya mandul,
istri yang menderita sesuatu penyakit sehingga tidak dapat menunaikan tugasnya
dan sebagai tanda kemurahan hati seorang lelaki yang bersedia mengawini anak
yatim, janda atau kaum keluarganya yang tidak mendapat kesempatan menikah
ataupun selepas terjadi peperangan di mana banyak terdapat ramai wanita yang
kehilangan tempat bergantung.

THALAQ

Perkara halal yang paling dibenci Allah ialah perceraian. Sebelum suami
memutuskan perceraian, pertamanya ia hendaklah bersabar dan menasihati istrinya
itu karena sudah tentu dia mengetahui bagaimana hal ini bisa terjadi. Setelah
itu suami hendaklah memisahkan diri dari tempat tidur (bukan di kamar yang lain
tetapi memadailah dengan membelakangkan istrinya) jika istrinya masih keras
kepala. Di tahap ini, istri yang sayang pada suaminya tentu sekali akan kembali
menurut nasihat suaminya. Kemudian jika istri masih tidak ingin taat, maka
bolehlah suami memukulnya dengan pukukan yang tidak membahayakan dan yang tidak
bisa membawa kecacatan.

Hubungan suami istri adalah satu ikatan yang kukuh bukan seperti
hubungan dengan manusia yang lain. Andainya sudah terjadi perselisihan dan
setelah segala-galanya tidak dapat menyelesaikan perselisihan itu, maka carilah
pendamai dari kedua belah pihak. Firman-Nya : "Dan jika kamu khawatirkan ada
persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakim dari keluarga laki-
laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri
itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (An Nisa' : 35)

Suami tidak boleh membebani wanita itu untuk mencintainya, jika sudah
ternyata dia tidak sanggup lagi berlaku demikian.

Islam membatasi thalaq hanya tiga kali. Di samping itu Islam menetapkan
waktu yang tertentu di mana diperbolehkan menjatuhkan thalaq yang diikuti
dengan iddah. Dalam iddah itu kedua suami istri berkesempatan kembali berdamai
dan bersatu kembali. Jika thalaq terus akan diputuskan maka Allah akan
merahmati mereka dan akan memberi kepada mereka suami atau istri yang lebih
baik.

WARISAN

Islam memberikan hak wanita itu dalam harta warisan baik sebagai ibu,
atau istri, atau puteri, baik yang sudah dewasa, atau yang masih kecil atau
yang masih dalam rahim ibu. Islam menetapkan wanita mendapat setengah dari
bagian lelaki. Dan hak ini wajar sekali, karena lelaki dikenakan memberi
nafkah dan mahar serta lain-lain keperluan rumah tangga kepada wanita. Wanita
pula boleh menyimpan hartanya dan tidak dituntut mencari nafkah diri dan
keluarganya.

PERSAKSIAN

Islam menetapkan bahwa hak seseorang dapat ditetapkan dengan adanya
dua saksi lelaki yang adil, atau seorang lelai dan dua orang wanita. Hal ini
diterangkan dalam ayat berikut, mengenai masalah hutang piutang : "Dan
hendaklah kamu menetapkan dua orang saksi dari kaum pria, kalau dua orang saksi
itu tidak ada, maka digantikan dengan seorang lelaki dan dua orang wanita, yang
kamu setujui sebagai saksi, kalau-kalau lupa salah seorang dari wanita yang dua
itu, maka akan diingatkan oleh temannya yang satu lagi." (Al Baqarah :282)

Ketetapan ini adalah di luar kemuliaan dan kemanusiaan wanita. Kalau
kita perhatikan di samping wanita itu bebas mempergunakan hartanya, Islam juga
menekankan bahwa tugas wanita yang utama ialah menguruskan rumah tangga,
memelihara kesejahteraannya dan keluarganya. Di dalam hal ini, wanita biasanya
banyak berada di rumah. Oleh karena itu kesaksian wanita terhadap sesuatu hak
yang berhubungan dengan jual beli, adalah jarang sekali terjadi. Maka adalah
salah satu hal yang wajar kalau wanita tidak mementingkan usaha untuk mengi-
ngatkan hal ini yang mana apabila dibawa kesaksian, dua wanita adalah perlu
untuk mendapat bukti yang meyakinkan. Allah SWT menetapkan bahwa dua wanita
itu perlu bagi menggantikan seorang pria karena jika seorang wanita terlupa,
maka bisa diingatkan oleh yang satunya lagi.

Sebagian ahli fiqh menetapkan bahwa kesaksian wanita tidak diterima
dalam masalah pidana atau pembunuhan. Seperti sebab-sebab yang di atas juga,
tidaklah mudah bagi wanita menyaksikan pertengkaran yang bisa mengakibatkan
pembunuhan. Dan juga wanita itu tidak sanggup menyaksikan pembunuhan dengan
tenang, bisa saja ia terkejut dan memejamkan matanya, menangis atau jatuh ping-
san, yang mana hilang daya tahan dan keseimbangannya. Menurut Islam hukuman
tidak dapat dijalankan, malahan dapat ditolak kalau adanya keragu-raguan. Maka
kesaksian wanita terahadap sesuatu pembunuhan yang diliputi keragu-raguan
tidak dapat diterima.

Walaupun begitu, dalam hal-hal yang biasa dihadiri wanita, dan tidak
biasa dihadiri lelaki seperti melahirkan anak, maka kesaksian wanita itu dite-
rima, walaupun hanya sendirian saja.

KEWAJIBAN BERPERANG

Wanita tidak diwajibkan berperang seperti lelaki. Tetapi jika bantuan
mereka diperlukan, tugas mereka adalah yang sesuai bagi mereka seperti merawati
yang cedera, membawa senjata atau menyediakan makanan dan memberi air kepada
askar-askar Islam.

PENUTUP
-------

Demikianlah serba sedikit tentang wanita dalam Islam. Jelaslah bahwa
kedudukannya penuh kemuliaan dan kemanusiaan. Hak-haknya diberi tanpa ada pak-
saan dan penuh kesadaran bahwa tugas kewanitaannya lebih tinggi dan lebih qud-
dus daripada tugas-tugas lain di luar rumah tangganya. Tugasnya adalah sesuai
dengan pembawaannya dan tabiatnya dan tidak membebaninya.

Untuk kesejahteraan keluarga, masyarakat dan wanita itu sendiri, maka
setiap Muslimah yang telah sadar akan implikasi kalimah tayyibah hendaklah
mengetahui prinsip-prinsip Islam atasnya dan seterusnya mengambil langkah-lang-
kah yang positif untuk mengeluarkan dirinya dari cengkraman jahiliah yang hanya
semata-mata rekaan manusia yang serba lemah, serba kekurangan.

Tugas yang terpikul di bahu para Muslimah ialah untuk membentuk gener-
rasi yang bertakwa kepada Allah SWT, dan menegakkan daulah Islamiyah adalah
berat. Tugas ini memerlukan pengorbanan yang bukan sedikit dan perjuangan yang
bukan sambil lalu saja. Kesungguhan setiap pendukung risalah dan perjuangan
yang tiada putus-putus itulah yang akan mendapatkan pertolongan Allah SWT.
Setiap amalan kita akan diperhitungkan di akhirat nanti. Biarkanlah kehidupan
yang sementara dan sedikit ini untuk berjuang menegakkan kalimah yang suci ini.

Bahan Rujukan :
-------------
1. Al Ukht Al Muslimah Asas Al Mujtama' Al Fadhil
(Mahmud Muhammad Al Johari)
2. Al-Mar-atu Bainal Fiqhi wal Qanun
(Dr. Mustafa As-Siba'y)
3. Usul Da'wah
(Dr. Abdul Karim Zaidan)
4. Terjemahan Riyadush Salihin
5. Huquq An-Nisa' fil Islam
(Muhammad Rashid Redha)
6. Guideline for Workers
(S. Abdul A'la Maududi)

Wassalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuhu,

Ukhtifillah,
hanies.

******

*************************
Created at 9:13 AM
*************************

MUSLIMAH ( 3 )

PERANAN WANITA SEBAGAI ISTRI
----------------------------
Tugas wanita yang utama dan penting adalah mewujudkan suasana
yang tenang dan tentram bagi suami dan setiap anggota keluarganya
mengenal Allah dan seterusnya beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu
Islam telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada kaum wanita
untuk menunaikan tugas ini dengan meringankan kewajiban lain seperti
tidak wajib berjemaah di masjid dan sembahyang Jum'at dan dibolehkan
meninggalkan puasa bila mengandung atau menyusui dan menggantikannya
kemudian dan lain lagi.


1. Wanita mesti melayani suami dan taat pada suaminya dalam batas-batas
yang dibenarkan Islam.


Dalam beberapa hadits disebutkan sebagai berikut : "Andaikata
saya dapat menyuruh seseorang bersujud pada orang, niscaya saya suruh
wanita sujud pada suaminya." (Tirmidzi); "Apabila seorang suami memanggil
istrinya untuk sesuatu hajatnya, maka harus segera disambut, walau ia
sedang menjaga masakan di atas api." (Tirmidzi) ; "Tiada halal bagi
seorang istri berpuasa sunat di waktu ada suaminya, melainkan dengan
izin suaminya. Juga tidak boleh istri mengizinkan orang masuk ke rumahnya
melainkan dengan izin suaminya." (Bukhari dan Muslim)


Sebagai contoh, lihat nasihat Umm Iyas kepada anaknya di hari
perkawinannya : "Hendaklah kau berpuas hati dengannya dan apa yang dapat
diberikan kepadamu dan taat kepadanya. Hendaklah jangan dia melihat apa-apa
yang tidak baik pada dirimu, ataupun mencium apa-apa yang tidak baik dari
dirimu. Hendaklah kau diam bila dia sedang tidur dan menyediakan makanan
bila tiba masa makannya. Hendaklah kamu memelihara hartanya dan mengawasi
dan memelihara anak-anaknya. Hendaklah kamu menyimpan rahasianya dan
jangan sekali-kali ingkar akan perintahnya. Janganlah kamu bergembira bila
dia bersedih dan janganlah kamu bersedih apabila dia bergembira."


Di balik tugas-tugas istri pada suaminya, istri pun berhak untuk
dipergauli dengan baik oleh suaminya. Firman Allah SWT :"Hai orang-orang
yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa
dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila
mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka
secara patut. Kemudian bila kau tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sebagian padahal Allah menjadikan padanya
kebaika yang banyak." (An Nisa' : 19)


Istri juga adalah tempat suami bermain dan berhibur dengannya.
Suami juga boleh merasa cemburu terhadap istrinya hanya untuk kebaikan
seperti menyuruh istrinya menutup aurat di hadapan bukan muhrimnya. Tidak
boleh kedua suami istri menjadikan suasana rumah tangga tegang.


Suami hendaklah membelanjakan hartanya menurut kemampuannya kepada
istri dan keluarganya. Firman Allah SWT : "Hendaklah orang yang mampu
memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
(At Thalaq : 7 ) Sabda Rasulullah SAW : "Satu dinar kau dermakan dalam
perjuangan fi sabilillah, dan satu dinar kau belanjakan untuk memerdekakan
budak, dan satu dinar kau sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang
kau belanjakan untuk keluargamu, yang terbesar pahalanya ialah yang kau
belanjakan untuk keluargamu." (Muslim)


Istri juga berhak mendapatkan hubungan intim (sexual) dengan suaminya
sebagai salah satu pemenuhan nafkah batinnya. Sabda Nabi SAW :"Sesungguhnya
pada setiap tasbih itu sedekah, pada setiap takbir juga sedekah, setiap
tahmid sedekah, setiap tahlil sedekah. Begitu pula dengan menyuruh berbuat
baik dan melarang berbuat jahat pun sedekah, dan persetubuhan dengan istrinya
juga sedekah." (Muslim)


Suami juga hendaklah mendidik istrinya ataupun memberi kemudahan
untuk istrinya mendapat didikan Islam baik dari segi aqidah Islam ataupun
akhlaq Muslimah. Firman-Nya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At Tahrim : 6) Dalam hadits :
"Kamu sekalian memimpin dan kamu masing-masing ditanya tentang rakyatnya.
Raja pemimpin, suami pemimpin pada keluarganya, dan istri memimpin rumah
tangga suaminya dan anak-anaknya. Maka kamu sekalian memimpin dan akan
bertanggung jawab atas pimpinan terhadap rakyatnya." (Bukhari dan Muslim)


Islam memuliakan wanita dan mengaitkan kesempurnaan iman lelaki
dengan kebaikan pergaulannya dengan istrinya. Rasulullah SAW bersabda :
"Sesempurna-sempurnanya orang mu'min dalam imannya, ialah yang baik budi
pekertinya. Dan sebaik-baik kamu ialah yang terbaik pergaulannya terhadap
istrinya." (Tirmidzi)


2. Wanita mempunyai tanggung jawab yang besar dalam rumahnya. Oleh sebab
itu mereka tidak dibebankan keluar mencari nafkah dan hendaknya menunaikan
kewajibannya yang penting yaitu mengurus rumah tangga dan mendidik anak-
anaknya sehingga bila suaminya pulang dari pekerjaannya akan merasa
gembira. Hasil kerja suaminya itu digunakan untuk memberi nafkah anak
dan istrinya. Tugas menguruskan rumah ini bisa menghabiskan semua waktunya.


Islam menghendaki wanita selalu berada di dalam rumah dan tidak
meninggalkan rumah terkecuali ada kepentingan yang mendesak. Ini untuk
memastikan bahwa tiada ruang baik syeitan untuk menghasut suami supaya
marah kepada istri, karena begitu pentingnya ridho suami atas istrinya ini,
sebagaimana sabda Nabi SAW : "Tiap istri yang mati dan diridhoi oleh suaminya
akan masuk surga." (Tirmidzi)


Tetapi kita lihat zaman sekarang ini, boleh dikatakan setiap wanita
keluar bekerja atas alasan membantu lelaki atau mempunyai alasan-alasan lain.
Apabila wanita keluar bekerja bertambahlah masalah dan beban karena rumah
tangga dan anak-anaknya bisa terlantar.


Wanita hanya dibenarkan keluar bekerja apabila terdesak karena tiada
siapa pun yang dapat memberi nafkah kepada mereka seperti suaminya sendiri.
Contoh yang dapat diambil ialah bagaimana kedua anak-anak perempuan Nabi
Syu'aib yang terpaksa keluar mengambil air karena tiada orang lain lagi yang
dapat membantu mereka. Bapak mereka telah tua, akhirnya mereka terpaksa
menunggu kesemua orang lelaki habis mengambil air barulah mereka pergi ke
tempat air itu.


Apabila wanita terpaksa keluar bekerja, mereka hendaklah berakhlaq
baik sebagai Muslimah dan mematuhi landasan syari'ah seperti misalnya mereka
tidak boleh bercampur gaul dengan bebas dengan lelaki lain, menutup aurat
mereka seperti yang dijelaskan dalam Al Qur'an dan Sunnah dan mematuhi hukum
hijab. Wanita boleh membantu suaminya di tempat yang sama dengan suaminya
bekerja dan mudah pula baginya untuk menguruskan rumahnya dan anak-anaknya
yaitu hanya bila anak-anaknya sudah besar, seperti di kedai suaminya atau
di ladang suaminya.


Wanita bekerja adalah satu perkara biasa buat masa ini. Sebenarnya
wanita telah dijadikan senjata untuk memusnahkan Islam oleh musuh Islam
seperti Yahudi. Mereka mengubah kedudukan wanita Islam yang sebenarnya
dengan membebaskan wanita dari tatasusila Islam ; wanita mesti bekerja
seperti lelaki atau menjadi ketua negara, atau wanita boleh memakai apa
saja yang mereka suka. Mereka telah mengasaskan sistem pelajaran di mana
wanita dididik dengan apa yang tidak mereka perlukan di rumah. Setengah
masyarakat Barat telah sadar seperti 90% wanita Perancis ingin kembali
kepada tugas asal mereka yaitu di dalam rumah. Salah satu sebab anak-anak
tidak mengenal ibu bapa ialah karena ibu bekerja. Islam telah punya suatu
penyelesaiannya sebelum mereka ini menemukan jawaban atas pertanyaan
mengenai masalah ini.


Bagaimanakah gambaran rumah yang harus diuruskan oleh Muslimah
Shalihin ? Rumah Muslim yang sebenarnya ialah rumah yang mengenal Allah
dan Rasul-Nya dan mencintai mereka. Di dalamnya senantiasa didengarkan
nama Allah dan Rasul-Nya melalui bacaan Qur'an, perbincangan dan ucapan
yang baik-baik dan cerita-cerita perjuangan sahabat dan peperangan ummat
Islam dahulu. Rumahnya juga hendaklah menyediakan perpustakaan mini, yang
isinya antara lain al Qur'an, Hadits dan buku-buku Islam yang baik yang
dituliskan oleh orang-orang yang berilmu atau pejuang Islam yang ternama.
Wanita hendaklah memastikan bahwa buku-buku ini dibaca dan senantiasa
digunakan oleh setiap anggota keluarganya.


Rumahnya senantiasa dijadikan pusat penyebaran Al Islam dan tempat
masyarakat mendapat ilmu dan nasihat tentang Deen. Wanitanya senantiasa
membelanjakan hartanya di jalan Allah dan berjihad. Kepemimpinan rumahnya
adalah terletak di tangan lelaki sebagaimana firman Allah SWT : "Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagaian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."
(An Nisa' : 34)


Wanitanya tidak boleh keluar rumah tanpa kebenaran atau izin suaminya.
Dia senantiasa menjaga kebersihan rumahnya. Keluarganya senantiasa mencari
tahu tentang kesejahteraan tetangga mereka dan melayani tamu mereka dengan
sebaik-baiknya pelayanan. Rumahnya senantiasa sederhana baik dari segi
penataan maupun isinya yaitu tiada unsur kemewahan seperti pinggan mangkuk
dari emas atau perak atau sutra untuk lelaki. Sabda Nabi SAW : "Termasuklah
kebahagiaan hidup seseorang manusia ialah mempunyai istri yang baik, tempat
tinggal yang baik dan kendaraan yang baik." (Ahmad)


Mereka senantiasa melakukan perkara yang dipermudahkan Allah (kecuali
yang membawa dosa), sepeti menjama' dan mengqasharkan sholat bila dalam
perjalanan dan tidak berpuasa di bulan Ramadhan bila bermusafir.


Suami yang telah memilih istri yang sholehah dapat menjamin bahwa
dia akan teguh pendiriannya dalam amalan deennya, baik di waktu senang
maupun susah. Dia selalu mendorong suami dalam tugas-tugas da'wah dan tidak
menjadi batu penghalang dengan sifat, kelakuan dan kata-katanya.


PERANAN IBU DAN PENDIDIK
------------------------
Sifat wanita sesuai dengan tugas ibu seperti tahan sabar dengan
kelakuan anak karena kasih sayang yang telah tertanam dalam jiwanya sesuai
dengan sifat keibuannya. Wanita telah diciptakan Allah melahirkan anak.
Mereka jugalah yang paling sesuai untuk memelihara dan seterusnya mendidik.
Proses pertumbuhan manusia adalah lebih lambat jika dibandingkan dengang
mahluk yang lain. Ibulah yang paling rapat dengan anak dan mengetahui apa
yang diperlukan anaknya. Ibu mengikuti setiap perkembangan anak dan dia dapat
mengetahui kemampuan anak-anaknya yang berbeda menurut umur dan kebijaksanaan
anak. Oleh karena itu mudahlan baginya untuk mendidik anak-anaknya mengikuti
tiap-tiap individu anak itu. Ibu dikatakan sekolah, karena jika anak itu
dididik dengan baik oleh sang ibu, maka terwujudlah masyarakat yang baik.


Rasulullah SAW bersabda :"Tiada anak yang dilahirkan kecuali suci
(fitrah), maka kedua ibu bapanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi,
Nasrani atau Majusi."


Pendidikan yang bertujuan untuk melahirkan manusia yang patuh
kepada Allah dan Rasul-Nya, yang mempunyai akhlaq yang mulia mengikuti
Al Qur'an dan Sunnah, yang berjiwa keIslaman dan yang berjuang berjihad
menegakkan kalimah La ilaha illa Allah.


PERANAN SEBAGAI INDIVIDU DALAM MASYARAKAT
-----------------------------------------
Selain sebagai istri dan ibu, wanita juga tidak dikecualikan dari
menyampaikan risalah pada kalangan wanita, yang tidak dapat dilakukan oleh
pihak lelaki seperti memberi contoh sebagai wanita berkepribadian mu'min,
mengajar tentang sesuatu yang sulit seperti perincian dalam hal bersuci.


PENDIDIKAN WANITA
-----------------
Keluarga Islam dan masyarakat Islam tidak akan sempurna jika wanitanya
tidak mendapat didikan yang wajar sesuai dengan tugas mereka sebagai istri
dan ibu. Hak menuntut ilmu adalah sama atas lelaki dan wanita : "Menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap orang Islam." (Baihaqi)


Menurut pendapat fuqaha', pendidikan wanita terbagi dalam dua bagian
yaitu fardhu 'ain dan fardhu kifayah. Ilmu fardhu 'ain yang mesti dituntut
oleh setiap orang Islam ialah berkenaan dengan aqidah dan ibadah yaitu seperti
sholat, puasa, zakat, haji dan juga ilmu untuk menyeru yang ma'ruf dan mencegah
yang mungkar. Wanita perlu pula mendapat didikan yang berupa kemahiran bagi
seorang ibu dan istri seperti hal urusan rumah tangga dan hal urusan asuhan
dan didikan kepada anak-anaknya.


Wanita Islam juga mesti dididik tata susila Islam untuk menjaga
kehormatan dirinya baik dalam perkataan, pakaian, perbuatan dan sebagainya.
Di antara ilmu pengetahuan agama yang terpenting dan di antaranya yang
bersangkut-paut dengan masalah yang halal dan yang haram yaitu soal-soal
fiqh yang berdasarkan al Qur'an dan Hadits. Pemahaman yang benar dan
menyeluruh dalam soal ini dapat diamalkan terus oleh wanita dan anggota
keluarganya dalam urusan pribadi, kehidupan keluarga dan masyarakat. Ini
dapat menghindarkan amalan-amalan yang tidak berasal dari Islam dan adat-
adat yang dilarang oleh Islam.


Adapun ilmu pengetahuan fardhu kifayah ialah ilmu pengetahuan umum
yang hanya merupakan kebolehan saja. Apabila mereka tidak ingin mempelajarinya
tidaklah mereka berdosa dan apabila mereka ingin mempelajarinya harus pula
dengan cara-cara dan syarat yang sesuai dengan fitrah mereka dan ajaran
Islam dan tidak menyinggung kehormatan wanita itu sendiri.


Kaum wanita juga diperbolehkan mempelajari ilmu apa saja yang sesuai
dengan tabiat kewanitaannya dan untuk menambah keahliannya dalam mendidik
anak-anaknya (seperti misalnya ilmu tentang penyakit anak-anak), memelihara
dan mengatur kehidupan rumah tangganya, jika dia berkeinginan menambah ilmu
pengetahuannya dalam bidang yang lain seperti perbidanan dan perguruan untuk
kaum wanita, tidaklah mengapa asalkan tidak mengganggu tugas-tugasnya sebagai
ibu dan istri dan dengan syarat mempelajarinya dengan cara yang diperkenankan
agama, ialah tidak bercampur dengan kaum lelaki dengan dalih belajar, tidak
boleh membuka aurat di depan lelaki yang bukan mahramnya.

******

*************************
Created at 8:54 AM
*************************

MUSLIMAH ( 2 )

BAGIAN II )

6. Islam memerintahkan supaya kita memuliakan wanita, baik sebagai ibu,
isteri, atau anak perempuan. Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang
mempunyai anak puteri, lalu ia mengajarinya dengan baik dan mendidiknya
dengan baik, maka anak itu kelak akan menjadi tabir yang melindunginya
dari neraka." (Bukhari)


Sebelum dewasa, wanita ditetapkan harus berada dalam pemeliharaan
walinya, dan kekuasaan wali terhadap puteri itu berupa kekuasaan memelihara
dan mendidik, serta memperhatikan segala keperluannya dan mengembangkan har-
ta hak miliknya; jadi bukanlah kekuasaan memiliki dan bertindak sewenang-we-
nangnya. Kemudian setelah anak puteri itu dewasa, maka Islam menetapkan bahwa
ia mempunyai hak yang penuh dan memiliki kecakapan yang sempurna untuk memper-
gunakan hartanya, sama seperti lelaki.


Seorang suami tidak boleh menyusahkan dan berbuat sesuatu yang tidak
baik dalam pergaulannya dengan isteri, dengan maksud supaya isterinya itu hen-
dak menebus dirinya dengan mengembalikan semua atau sebagian dari harta yang
telah diberikan kepadanya, selama isteri itu tidak berbuat jahat. Allah SWT
berfirman : "Jangan kamu berlaku kasar terhadap mereka itu lantaran kamu hen-
dak pergi dengan membawa sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepada me-
reka, kecuali apabila mereka berbuat kejahatan yang terang-terangan." (QS. An-
Nisa' : 19)


Wanita itu dimuliakan seperti dalam ayat ini : "Sebagian dari tanda-
tanda kekuasaan Allah bahwa Dia menciptakan untuk kamu kaum pria, isteri-isteri
kamu yang sejenis dengan kamu, agar kamu merasa tenang di sampingnya dan Dia
menciptakan kasih sayang di antara kamu." (QS. Ar-Rum :21) Dan Rasulullah SAW
juga bersabda : "Kesenangan dunia yang paling baik ialah isteri yang saleh,
kalau engkau menoleh kepadanya, maka dia membuat engkau merasa gembira dan
kalau engkau bepergian, maka ia menjaga nama baikmu." (Muslim dan Ibn Majah)


Wanita sebagai ibu adalah juga mulia di dalam Islam sebagaimana firman
Allah SWT : "Dan Kami memerintahkan kepada manusia supaya ia berbuat baik ke-
pada kedua ibu-bapanya, ibunya mengandungkan dia dengan susah payah dan mela-
hirkannya dengan susah payah." (QS. Al Ahqaf : 15) Ada sebuah hadits yang me-
ngisahkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW
dan bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya
berbuat baik kepadanya ?"
Rasulullah SAW menjawab : 'Ibumu'
Orang itu bertanya lagi : 'Kemudian siapa lagi ?'
Rasulullah SAW menjawab : 'Ibumu'
Orang itu bertanya lagi : 'Kemudian siapa lagi ?'
Rasulullah SAW menjawab : 'Ibumu'
Lalu orang itu bertanya lagi : 'Kemudian siapa lagi ?'
Rasulullah SAW menjawab : 'Kemudian ayahmu."
(Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain diterangkan, "Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah
SAW lalu berkata :'Ya Rasulullah, saya ingin turut jihad berjuang menegakkan
agama Allah.' Rasulullah SAW bertanya kepadanya,'Adakah ibumu masih hidup ?'
Orang itu menjawab, 'Ya' Lalu Rasulullah SAW bersabda : 'Tetaplah engkau ber-
ada di dekat kaki ibumu itu, maka di sanalah syurga itu berada." (At-Thabarany)


Jelaslah bahwa wanita yang menjadi ibu dalam Islam, amat tinggi nilai-
nya dan derajatnya. Anak-anak dituntut untuk menghormatinya dan tidak boleh
mengabaikannya walaupun dengan sebab dan tujuan yang lebih besar seperti ber-
jihad, yang diutarakan seperti dalam hadits di atas. Untuk merealisasikan mak-
sud hadits di atas bahwa syurga di dekat kaki ibu itu, tentu saja memerlukan
ibuyang beriman, bertaqwa serta berilmu pengetahuan dan bijaksana lagi saleh.



7. Allah SWT menciptakan wanita itu berbeda dari kejadian lelaki seperti bentuk
tubuh, kemampuan dan kekurangan masing-masing. Wanita mempunyai batas sebagai
seorang wanita dan begitu juga lelaki. Tetapi mereka bertanggung jawab mengem-
bangkan zuriat dan pembesaran anak-anak, menurut perbedaan kejadian masing-ma-
sing. Wanita tidak boleh iri hati dan mengatakan bahwa Allah telah melebihkan
kaum lelaki. Allah SWT telah berfirman : "Dan janganlah kamu iri hati terhadap
apa yang dikurniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian
yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usaha-
kan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagaian dari kurnia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Menge-
tahui segala sesuatu." (QS. An Nisa' : 32)


Wanita juga tidak boleh meminta atau meniru apa yang telah Allah SWT
berikan kepada lelaki. Rasulullah SAW bersabda : "Bukanlah dari golongan kami
orang-orang yang menyerupai laki-laki dari golongan wanita, dan laki-laki yang
menyerupai wanita." (Al Hadith)


8. Allah telah menciptakan lelaki untuk bekerja keras dan berjerihpayah mencari
nafkah hidup. Ketetapan ini sejak Adam a.s. sampai ke anak cucunya. Allah SWT
berfirman : "Maka kami berkata : "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah
musuh bagimu dan isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan
kamu berdua dari syurga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka." (Thaha : 117)


Dalam ayat ini Allah telah berfirman kepada Adam saja. Apabila Adam
diturunkan ke bumi, dia terpaksa melakukan segala-galanya untuk mendapat makan-
an, minuman dan pakaian dan lain-lain yang jauh bedanya dari penghidupannya di
syurga.


Allah SWT juga telah menciptakan Hawa untuk memberikan ketentraman pada
kaum Adam dalam suasana rumah tangga. Wanita adalah sebagai rumah tempat lelaki
mengistirahatkan dirinya dengan menerbitkan kasih sayang dan belas kasih serta
rahmah antara keduanya. Wanita dicipta oleh Allah untuk melahirkan anak sejak
Hawa lagi. Allah SWT berfirman : "Dan di antara kekuasaan-Nya ialah Dia mencip-
takan untukmu isteri-isterimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir." (QS. Ar Rum : 21) Firman-Nya yang lain : "Allah menjadikan bagi
kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari ister-
isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-
baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni'mat
Allah ? " (QS. An Nahl : 72)



PERANAN WANITA ISLAM DALAM AL QUR'AN DAN SUNNAH
-----------------------------------------------


Kedudukan wanita dalam masyarakat mempengaruhi corak masyarakat. Pene-
tapan yang telah ditetapkan Allah SWT mengenai hak dan kewajiban masing-masing
baik lelaki maupun perempuan adalah untuk menjamin supaya tiada golongan dalam
masyarakat itu dizalimi atau ditindas.


Setelah kita jelas bahwa ciptaan wanita tidak sama dengan lelaki, ke-
mampuannya juga berbeda dengan lelaki, maka wajar sekali bila kewajiban yang
diberikan Allah SWT berbeda sesuai menurut kejadiannya itu. Walaupun begitu,
mereka tidaklah dipisahkan sama sekali karena peranan wanita dan lelaki dalam
Islam adalah saling membantu antara satu sama lain. Allah SWT berfirman : "Dan
orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi pe-
nolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, men-
cegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; se-
sungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah : 71)


Allah SWT menerangkan bahwa mukminin dan mukminat sama-sama tolong-me-
nolong, bantu-membantu dan mengerjakan amar ma'ruf nahi mungkar sebagaimana
firman-Nya : "...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan ber-
takwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya." (QS. Al
Maidah : 2)


Wanita juga dituntut berjuang di jalan Allah untuk menegakkan hakimiah
lillah bersama dengan lelaki dan bergerak dengan jemaah. Walaupun begitu, jema-
ah tidak menuntut lebih dari apa yang telah digariskan Al Qur'an karena mereka
punya tugas-tugas khusus yang sesuai dengan kejadian dan kemampuan mereka. Tu-
gas-tugas khusus ini adalah sebagian dari tugas penegakkan hakimiah Allah.

******

*************************
Created at 8:48 AM
*************************

MUSLIMAH ( 1 )

MUSLIMAH : TULANG BELAKANG MASYARAKAT YANG BAIK


MUQADDIMAH
----------


Manusia kita sedang menghadapi masalah aqidah yang amat hebat sekali.
Di mana-mana tempat, mereka mengaku sedang dalam kemajuan ataupun sedang dalam
proses pembangunan untuk mencapai kemajuan yang lebih tinggi lagi. Tapi di ba-
lik kata-kata itu, kita dapat melihat pada hakikatnya mereka telah jatuh ke
lembah yang hina dan menuju kehancuran dengan keruntuhan nilai-nilai hidup yang
sebenarnya. Di sana sini, sistem jahiliyah telah menguasai umat manusia, baik
yang bukan Islam maupun yang mengaku Islam. Manusia yang ingkar kepada hukum
Allah dan petunjuk Rabbani yang disampaikan oleh Ar-Rasul SAW juga telah memak-
sa manusia lain menyembahnya dengan membuat hukum-hukumnya sendiri supaya dipa-
tuhi oleh manusia lainnya.


Keingkaran makhluq kepada khaliqnya (pencipta) menjadikan mereka seren-
dah-rendah kejadian setelah pada mulanya diciptakan sebagai sebaik-baik dan se-
sempurna makhluq Allah SWT.


Penyelesaian kepada segala masalah di dunia ini adalah hanya dengan
Islam. Islam adalah satu-satunya ad-Deen, satu cara hidup yang lengkap lagi
syamil (menyeluruh). Risalah yang diutus kepada para Anbiyaa' dan ar-Rasul SAW
adalah hanya membawa manusia kembali menyembah Allah SWT semata-mata dan menja-
lankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.


Hanya Islam-lah yang dapat mengatur kehidupan individu, keluarga dan
masyarakat 'amnya dengan sempurna dan teratur. Bagi penghayatnya yang benar-be-
nar beriman, Allah SWT menjamin kebahagiaan dan ketenangan jiwa di dunia dan
balasan yang paling baik di akhirat, kehidupan yang tiada kesudahannya.


KEDUDUKAN WANITA SEBELUM ISLAM DAN DALAM AGAMA-AGAMA LAIN
---------------------------------------------------------


Semoga juga ada manfaatnya dalam pembahasan ini, kita kemukakan lebih
dahulu bagaimana kedudukan wanita jahiliyah sebagai bahan perbandingan dalam
memberikan penilaian sampai sejauh mana ketinggian dan kebaikan Islam meletak-
kan kedudukan wanitanya. Setelah diadakan perbandingan, dapatlah kita melihat
kelemahan dan kezhaliman manusia atau undang-undang manusia terhadap kaum wani-
tanya.


1. Sebelum Islam dilahirkan, bangsa Arab menganggap suatu kehinaan kalau mereka
mendapat anak perempuan. Dan jika sampai pada puncak kemarahan, mereka mena-
nam anak perempuan mereka hidup-hidup. Wanita di zaman jahiliyah tidak mene-
rima sedikitpun harta pewarisan dari kaum keluarganya dan mereka senantiasa
berada dalam aniaya oleh kaum lelaki.


2. Dari tamaddun Greek, Socrate pernah berkata : "Wanita itu diumpamakan seper-
ti pokok yang beracun. Rupanya cantik tetapi apabila burung-burung datang
memakan buah-buahannya, burung-burung itu akan mati."
Ahli sains Romawi mengatakan bahwa wanita itu tidak punya roh.


3. Dari agama Hindu, lelaki yang ingin mengawinkan anak perempuannya adalah se-
akan-akan dia menjual anaknya itu. Apabila suaminya mati, dia juga mesti tu-
rut sama dengan membakar dirinya, jika dia ingkar dia dihina oleh masyarakat
sekitarnya.


4. Agama Yahudi menganggap wanita yang dalam haid itu kotor dan najis. Dia mes-
ti tinggal dalam rumahnya saja dan tidak boleh keluar. Dia tidak boleh me-
nyentuh apa-apa, makanan, pakaian ataupun orang lain. Sesuatu yang tidak ba-
ik atau celaka yang tertimpa ke atas lelaki adalah berpuncak dari wanitanya.


5. Dalam agama Nasrani pula wanitalah yang dianggap telah menyuruh Adam melang-
gar perintah Tuhan. Oleh karena itu Tuhan mengutuskan anaknya Isa untuk mem-
bersihkan dosa setiap manusia. Setengah daripada ketua-ketua gereja berkata
bahwa wanita adalah tubuh syaita dan pintu masuk bagi syaitan. Wanita adalah
seperti kalajengking.


Kesemua agama selain Islam menganggap wanita sebagai makhluq yang bera-
cun dan berbahaya. Wanita tidak diberi taraf sebagai manusia dan menjatuhkan
derajatnya ke serendah-rendah tempat. Bagi mereka wanita hanyalah mendatangkan
kecelakaan, dosa dan kemusnahan.


KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM
----------------------------


Islam telah mengangkat derajat wanita ke tingkat paling tinggi dan
mulia di sisi Allah SWT. Islam menetapkan hak-hak wanita itu dengan sempurna
dan meletakkannya di tempat yang sebenarnya. Allah SWT menciptakannya dengan
sempurna dan menetapkan undang-undang di mana ia dipelihara dari permainan
hawa nafsu manusia. Al Qur'an menggambarkan kecantikan, keadilan dan kasih-
sayang terhadap wanita dan wanita adalah satu unsur yang turut sama melibatkan
diri dalam pembentukan masyarakat Islam. Wanita juga bertanggung jawab menjaga
keutuhan dan kesejahteraan ummah yang beriman kepada Allah SWT dan pengikut
Ar-Rasul SAW. Islam telah menggariskan batas-batas yang tertentu buat wanita
untuk kesejahteraan wanita itu sendiri. Sesungguhnya Allah lebih mengetahui
tentang ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman dalam ayat-ayat berikut :


"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah mencipta-
kan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang ban-
yak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesung-
guhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An Nisa' : 1)


"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk-
mu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar Rum : 21)



PRINSIP ISLAM MENGENAI WANITA
-----------------------------


1. Di dalam Islam wanita dan lelaki mempunyai kedudukan yang sama, baik dari
segi kemanusiaannya maupun dari segi haknya ataupun dari segi kewajibannya ter-
hadap Allah SWT. Allah SWT telah berfirman : "Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh baik lelaki maupun wanita sedang ia orang yang beriman maka mereka masuk
ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya (dizhalimi) walau sedikit pun."
(QS. An Nisa' : 124)


Wanita juga adalah hamba Allah SWT dan perlu melaksanakan beberapa
tanggung jawabnya yang digariskan oleh Allah SWT. Ia mempunyai hak untuk mela-
kukan segala jenis ibadah untuk dijadikan bekalnya di yaumul akhirat nantinya.
Di saat itu nanti akan berhadapan dengan Allah SWT sebagai seorang makhluq in-
dividu, tidak terikat apakah ia seorang isteri ataupun ibu semasa di dunia ini.
Tarafnya dengan kaum lelaki adalah sama di sisi Allah SWT, hanya apa yang ber-
beda adalah ketaqwaan masing-masing.


Firman Allah SWT : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujurat
13 )


2. Islam membebaskan tuduhan, kutukan dan penghinaan yang dikenakan ke atas
wanita oleh ahli-ahli agama sebelum Islam; Islam menetapkan bahwa hukuman yang
dikenakan kepada Adam, yaitu keluar dari syurga, bukanlah berasal dari Hawa
saja, tetapi adalah dari mereka berdua.
Allah SWT berfirman :"Syaitan menggelincirkan mereka berdua dari itu,
kemudian Allah mengeluarkan mereka berdua dari keadaannya semula...." (QS. Al
Baqarah : 36) Juga dalam ayat lain, Allah berfirman :"Maka syaitan menggoda me-
reka berdua untuk menampakkan kepada mereka berdua bagian yang tertutup dari
aurat mereka...." (QS. Al A'araf : 20) Dan mengenai taubat mereka berdua, Allah
berfirman : "Mereka berdua berkata :"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan kalau Tuhan tidak mengampuni dosa kami dan memberi rahmat ke-
pada kami niscaya pastilah kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al
A'araf : 23)


Malahan lebih dari itu, karena beberapa ayat dalam Al Qur'an menghu-
bungkan kesalahan itu kepada Adam a.s. saja, seperti : "Maka Adam durhaka kepa-
da Tuhannya, maka ia pun sesat." (QS. Thaha : 121 ), kemudian ditetapkan prin-
sip lain, bahwa kaum wanita bebas dari pertanggungjawaban ibunya, Hawa; malahan
secara menyeluruh, yakni kebebasan itu berlaku bagi pria dan wanita bersama-
sama, sebagaimana firman Allah SWT : "Mereka itu adalah ummat yang telah berla-
lu; baginya apa yang diusahakannya dan bagi kamu apa yang kamu usahakan. Kamu
tidak akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al Baqarah : 134)


3. Wanita juga mempunyai kewajiban untuk beragama yaitu menjalankan segala pe-
rintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan itu wanita juga
diberi ganjaran yang sama seperti laki-laki. Jika ia berbuat baik, maka menda-
pat pahala dan jika ia melakukan perbuatan yang dilarang Allah, maka ia akan
disiksa. Allah SWT telah berfirman dalam ayat-ayat berikut ini :


"Barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki ataupun perem-
puan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepada mereka
pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan." (QS. An Nahl : 97)


"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka dengan berfirman:
Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal dari orang-orang yang beramal di an-
tara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, karena sebagian kamu adalah ketu-
runan dari sebagian yang lain...." (QS. Ali Imran : 195)


Ini diperkuat lagi dengan ayat : "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan
yang beragama Islam, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perem-
puan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar dalam
perbuatan dan perkataannya, laki-laki dan perempuan yang tekun beribadah, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang menyebut-nyebut nama Allah, maka Allah menyediakan untuk mereka itu ampu-
nan dan pahala yang besar." (QS. Al Ahzab : 35)


Lelaki tidak boleh menyuruh atau memaksa wanita ingkar kepada Allah
SWT, seperti isteri Fir'aun dengan cerita sebagaimana yang difirmankan Allah :
"Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaannya bagi orang-orang yang beriman
ketika ia berkata : "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu da-
lam syurga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkan-
lah aku dari kaum yang zhalim." (QS. At-Tahrim : 11)


4. Islam menghapuskan dan melarang perasaan sedih dan penyesalan apabila lahir-
nya bayi perempuan, seperti yang biasa dibuat oleh bangsa Arab sebelumnya, dan
juga di masa kini di setengah-setengah bangsa di Barat. Ini diceritakan Allah
SWT di dalam Al Qur'an : "Kalau salah seorang di antara mereka diberi kabar
gembira tentang lahirnya seorang anak puteri, maka wajahnya menjadi hitam dan
ia lalu menahan marahnya sambil menyembunyikan dirinya di tengah-tengah orang
banyak, karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya, ia berpikir-pikir,
apakah anak puterinya itu akan dipeliharanya dengan menanggung perasaan malu,
ataukah dikuburkannya saja ke dalam tanah hidup-hidup ? Ketahuilah, sungguh
jahat sekali ketetapan yang mereka lakukan itu." (QS. An-Nahl : 58-59)


Baik anak laki-laki atau anak perempuan mempunyai hak hidup yang sama.
Tidak boleh menyambut kelahiran mereka dengan sedih karena takutkan kelaparan
dan kemiskinan, ataupun bila lahir bayi perempuan, takut pula akan tercela,
karena ini bisa memutuskan hubungan kekeluargaan dan mencetuskan permusuhan.


Rasulullah SAW pernah ditanya, dosa apakah yang teramat besar ? Jawab
beliau : "Yaitu engkau menyekutukan Allah padalah Dia-lah yang menjadikan kamu.
Kemudian apa lagi ? Maka jawab beliau : "Yaitu engkau membunuh anakmu lantaran
kamu takut dia makan bersama kamu." (Bukhari dan Muslim)


5. Islam mengharamkan penguburan anak-anak puteri dalam keadaan hidup dan me-
nerangkan ancaman yang keras terhadap orang yang melakukannya. Allah SWT ber-
firman :


"Ingatlah, kelak apabila bayi-bayi perempuan itu ditanya : karena dosa
apakah mereka dibunuh ? " (QS. At-Takwir : 8-9)


"Sungguh telah merugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena kebodoh-
annya dan tidak mengetahui (bahwa Allah yang akan memberi rezki kepada
mereka)." (QS. Al An'am : 140)

*************************
Created at 7:52 AM
*************************

PERANAN MUSLIMAH

PERANAN MUSLIMAH DALAM MENEGAKKAN DAULAH ISLAMIYAH

(Petikan daripada Taklimat Masulah, perkemahan Muslimah Musim Panas)
====================================================================
MUQADDIMAH
----------

Islam adalah satu sistem hidup yang unik yang mempunyai nilai-nilai
hidup tersendiri yang Rabbani, yang tidak dapat ditandingi oleh apa-apa isme
pun hasil ciptaan manusia. Di dalam setiap wahyu yang diturunkan Allah SWT
kepada Ar-Rasul SAW telah nyata ada terselipnya unsur-unsur keselamatan dan
kebahagiaan manusia seluruhnya; khususnya bagi mereka-mereka yang mau tunduk
untuk mengabdikan diri mereka kepada Pencipta Yang Maha Agung. Adalah menjadi
satu ciri yang unggul di dalam perencanaan sistem hidup Islam yang mana
tanggung jawab setiap anggota masyarakatnya telah disusun rapi dan teratur,
agar dapat melahirkan satu masyarakat yang dapat hidup di dalam kedamaian dan
keluhuran serta tinggi budi pekertinya, di mana kaum lelaki dan wanita saling
membantu di dalam rangka usaha mereka mencari keridhoan Ilahi.

Tetapi malangnya...sesudah berlalunya generasi Al Qur'an yang unik,
nilai-nilai murni Islam telah mulai pudar dan mulai dilupakan. Muslimin dan
Muslimah mulai suka mengkhayal dan terlena didendangkan oleh irama jahiliyah
yang tidak henti-hentinya berusaha untuk menidurkan ummat Islam di seluruh
muka bumi ini. Islam tidak mati...cuma ummatnya saja yang sudah lama nyenyak
tidurnya. Kini sudah sampailah saatnya ummat Islam dikejutkan dan dibangkitkan,
supaya dapat menjalankan tanggung jawab mereka sebagai khalifatullah fil ard...
menyambung risalah Rasulullah SAW sebelum tibanya Yaumul Hisab nantinya.

Melalui seerah Rasulullah SAW, telah diketahui bagaimana usaha Rasulu-
llah SAW membangkitkan ummah di zaman itu yakni Baginda Rasul SAW telah memulai
kebangkitan itu dari orang perseorangan, kemudian keluarga dan seterusnya ma-
syarakat Islam. Di sinilah wanita Muslim yang merupakan sendi dan anasir Sali-
hah (vital elements) pembinaan masyarakat, memainkan peranan mereka.

Peranan wanita Muslim bisa dibagi kepada tiga bagian besar :

(a) Sebagai Muslimah sejati
(b) Sebagai isteri/ibu
(c) sebagai individu dalam masyarakat

a) Sebagai Muslimah Sejati
--------------------------

Sebagai insan yang diciptakan Allah di muka bumi ini perlulah para
Muslimah memahami tentang tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Bukan ciptaan
yang sia-sia malahan berfungsi besar. Allah SWT berfirman :"(Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka." (S. Ali Imran : 191)

Konsep Tauhid dan pengertian Ibadah yang sebenarnya perlu dipahami oleh
Muslimah. Ibadahnya pada Allah SWT tidaklah terbatas di atas hamparan tikar
sembahyang saja. Allah SWT berfirman :"Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (S. Adz-dzaariyat : 56)

Al Qur'an juga menuntut Muslimah (beserta Muslim semuanya) supaya taat
pada perintah Allah SWT. Pribadi yang tinggi serta akhlaq yang mulia sangatlah
dianjurkan sebagaimana yang telah diterangkan di dalam Al Qur'an (umpamanya
sifat-sifat jujur, ikhlas, sabar, tawadhu', tidak dengki dan iri hati, selalu
berjihad, dsb.) Firman Allah SWT dalam Al Qur'an :"Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mu'min, laki-laki dan pe-
rempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar-benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah ; Allah telah menyediakan untuk mereka am-
punan dan pahala yang besar." (S. Al Ahzab : 35)

Jelaslah bahwa di dalam melaksanakan tuntutan ad-Deen, Muslimin dan
Muslimah mempunyai peranan dan tanggung jawab yang telah disesuaikan oleh
Allah SWT menurut fitrah dan keupayaan masing-masing. Renungkan juga Surah
An Nisa' : 124, Allah SWT berfirman : "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh
baik ia laki-laki ataupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu
masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun."

Maka seorang wanita Muslim itu berhak menerima ganjaran dari Allah SWT,
semata-mata dengan ikhlasnya menunaikan tanggung jawab yang telah ditentukan
oleh Allah SWT pada dirinya.

b) Muslimah Sebagai Isteri Dan Ibu
----------------------------------

Keluarga, sebagai suatu unit sosial telah diberikan kepentingan yang
besar di dalam masyarakat. Islam selanjutnya telah memberikan kedudukan yang
lebih istimewa. Allah SWT berfirman : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpkir." (S. Ar-Rum : 21)

Perkawinan adalah sebuah institusi untuk mendirikan keluarga, dan di-
sifatkan oleh Islam sebagai satu-satunya cara yang sah untuk memenuhi keinginan
syahwat (Rasulullah SAW telah menyuruh pemuda-pemuda yang telah aqil baligh
dan mampu menikah, dan bagi mereka-mereka yang tidak mampu karena kemiskinan,
dianjurkan supaya berpuasa - Sahih Muslim). Mengambil perempuan simpanan adalah
dilarang karena ini merupakan penghinaan terhadap kaum wanita dan merugikan
anak-anaknya nanti.

Dengan itu perkawinan di sisi Islam adalah ke arah satu perjanjian
individu (civil) dan tidak bisa menjadi sah tanpa kerelaan kedua belah pihak.
Perkawinan juga suatu ikatan yang dapat menguatkan lagi keimanan aqidah dan
untuk seterusnya Muslim dan Muslimah dapat terus-menerus melaksanakan kehendak-
kehendak Islam.

Tugas sebagai isteri yang sholehah dan taat pada suami (di dalam batas
syara') amatlah dimuliakan. Di dalam sebuah hadith Ar-Rasul SAW bersabda :
"Kalau seandainya aku dibolehkan menyuruh seseorang sujud kepada orang lain,
niscaya aku perintahkan isteri itu sujud pada suaminya."

Melaksanakan tanggung jawab di dalam rumah tangganya (menjaga makanan
dan pakaian keluarga serta kebersihan rumah tangga) sehingga dapat menjadikan
rumahnya bersuasana aman damai serta tentram bagi suami untuk pulang sesudah
seharian menjalankan tugas di luar, juga adalah ibadah yang dituntut Islam.
Nabi SAW bersabda : "Semua kamu penggembala, dan bertanggung jawab terhadap
apa yang digembalakannya. Wanita adalah penggembala dalam rumah tangga suaminya
dan bertanggung jawaa (akan diperhitungkan nanti di akhirat) di dalam pengu-
rusannya." (Bukhari dan Muslim)

Si isteri jugalah sumber dorongan, daya penggerak dan tidak putus-
putusnya memberi perangsang, mencari tahu dan simpati terhadap suami yang
perlu melaksanakan tugas-tugas dakwah yang berat dan penting di luar rumah.
Janganlah sekali-kali ia menjadi batu penghalang, melemahkan semangat per-
juangan suaminya dengan perkara-perkara remeh karena ini akan mengganggu
keseluruhan proses tajdid yang mana setiap usaha individu-individu masyarakat
perlu digemblengkan ke arah ini.

Di dalam Surah At Taghabun : 14, Allah SWT berfirman :"Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka barhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu
memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Sebagai satu contoh yang paling baik, lihat saja keistimewaan Khadijah
r.a. isteri Rasulullah SAW. Beliaulah yang membujuk dan memberi semangat di
saat-saat Rasulullah SAW gemetar dan ketakutan setelah berhadapan dengan Jibril
a.s. buat pertama kalinya. Dengan tenangnya dan lemah lembut beliau menentram-
kan hati suaminya agar tak perlu risaukan atas kemurkaan Allah terhadapnya ka-
rena Rasulullah SAW tidak pernah melakukan perkara-perkara terkutuk dan di sam-
ping itu selalu memperhatikan keadaan orang-orang lain dan fakir miskin.

Setelah Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul Allah, beliaulah wanita
yang mula-mulai melafazkan kalimah tauhid dan tanpa berpikir panjang telah
mengambil keputusan untuk berdiri di sisi suami tercinta, ketika risalah sudah
mulai menggegerkan bumi Mekkah dan orang-orang Islam mulai disiksa dan ditin-
das. Sehingga sampai akhir hayatnya, beliau masih tetap dengan kesetiaannya
dan telah dijanjikan Allah SWT syurga yang kekal abadi.

Umm Sulaym r.a. juga merupakan srikandi yang perlu dicontoh oleh para
Muslimah. Kematian anak yang dikasihi diterima dengan kesabaran dan dirahasia-
kannya berita itu dari suaminya yang baru saja pulang dari berjuang yang ketika
itu memerlukan layanan dari isterinya. Setelah kepenatan suami hilang dan sua-
sana agak sesuai, barulah diberitahukannya keadaan yang sebenarnya. Berkat ke-
tabahan dan ketaatan Umm Sulaym, Rasulullah SAW telah mendoakan agar Allah SWT
merahmati kedua pasangan suami istri itu yang mana mereka berdua akhirnya men-
jadi ibu dan ayah sahabat yang muttaqin (Abdullah bin Talha).

Sebagai seorang isteri, kesetiaan dan kepatuhan kepada suaminya bukan-
lah karena dianggap derajatnya itu lebih rendah, tetapi karena ia menerima
suami sebagai pelindungnya. Al Qur'an telah menjelaskan di dalam Surah An-Nisa'
ayat 34 : "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Sebab
itu maka wanita yang sholeh itu ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri di balik pembelakangan suaminya sebab Allah telah memelihara (mereka)...."

Untuk menjadi ibu yang baik diperlukan Muslimah yang patuh kepada
ajaran Islam. Seorang ibu Muslim itu membesarkan anak-anaknya dengan satu
keghairahan untuk menanam dan mempertahankan nilai-nilai Islam. Rumah tangganya
perlu mencerminkan keIslaman, pergaulan anggota keluarga penuh kasih sayang
dan saling hormat-menghormati. Ibulah pendidik utama anak-anaknya yang bakal
menyambung tugas para anbiyaa'. Ibulah juga yang bertanggung jawab memupuk
semangat jihad, mencintai kebaikan dan keadilan serta membenci segala kemung-
karan. Di dalam hadith Ar-Rasul SAW bersabda : "Tidak ada dari anak-anak mela-
inkan dilahirkan atas fitrah, dua ibu-bapanya-lah yang menyebabka dia menjadi
Yahudi atau Nasrani atau Majusi."

Al Qur'an telah pula memuliakan tugas ibu yang bersusah payah mengan-
dung, melahirkan dan membesarkan serta mendidik zuriatnya dengan tabah dan
tanpa jemu. Allah SWT berfirman :"Dan Kami amanatkan kepada manusia terhadap
dua orang ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu-bapakmu, kepada-Ku-lah kembalimu." (S. Luqman : 14)

Tugas ibu memelihara serta mendidik anak-anaknya adalah satu tugas
besar yang sepenuh masa -tidak 'part time' atau sambilan-sambilan saja. Bukan
tujuan Islam melahirkan generasi yang semata-mata mendapat kepuasan material
yakni cukup makan dan pakaian dan mendapat pelajaran 'tinggi' karena ini adalah
matlamat (tujuan) masyarakat jahiliyah yang materialistik.

Dalam pembentukan Daulah Islamiyah kita terus-menerus memerlukan tenaga-
tenaga yang berani lagi ikhlas, berkepribadian keIslaman yang mulia, pendukung-
pendukung dan penyambung risalah dan mujahid-mujahid yang tidak gentar dengan
lambaian maut. Nah, itulah anak-anak yang seharusnya lahir dari sebuah keluarga
Muslim.

Asma' bt. Abu Bakr telah berhasil mendidik anaknya Abdullah al Zubair
sejak kecil, supaya cuma takut kepada Allah SWT saja. Pernah suatu ketika,
anak-anak sedang bermain-main di jalan, maka lewatlah Umar Al Khattab yang
terkenal dengan ketegasan dan kegarangannya itu. Semua anak di situ telah lari
menjauhkan diri dari Umar r.a. kecuali Abdullah, dan ketika ditanya Umar r.a.
Abdullah menjawab bahwa jalan itu cukup luas untuk siapa saja, dan di samping
itu ia tidak melakukan apa-apa kesalahan yang menyebabkan ia melarikan diri.

Bundanya juga merupakan seorang ibu yang teguh imannya, walaupun di
saat-saat yang genting telah menggalakkan anaknya untuk menggadaikan nyawa
untuk Islam. Ketika anaknya mengatakan kerisauannya yang mana mayatnya akan
dipotong-potng oleh musuh jika ia gugur, maka dijawab oleh ibu Muslim sejati
itu, "Apakah dipikir, seekor kambing sesudah disembelih itu akan merasakan
sakit ketika dikoyak-koyak kulitnya ?"

Satu lagi contoh masyhur tentang keibuan yang matang ialah kisah
Tumadhir, seorang penyair yang mana sebelum Islam, beliau menghabiskan waktu
untuk menangis, meratap dan meraung di atas kematian saudara-saudaranya dengan
mengarang syair sedih. Tatkala peperangan Al-Qadisiah meletus, beliau telah
banyak memberi dorongan kepada empat puteranya supaya turut berjuang. Kese-
dihannya telah melahirkan semangat baru dalam hati putera-puteranya dan mereka
telah berhasil menjadi syuhada'. Tumadhir tidak lagi meratapi atau meraung,
malah telah mengucap syukur ke hadirat Allah yang telah mengaruniakan kematian
putera-puteranya.

Inilah ibu-ibu Muslim yang patut jadi teladan bagi semua Muslimah.
Dan demikianlah nilai-nilai yang mereka tanamkan di dalam diri anak-anak mereka
yang patut dicontoh oleh ibu-ibu Muslimah atau calon ibu-ibu Muslimah sekarang.

c) Sebagai Individu Dalam Masyarakat
------------------------------------

Sebagai anggota masyarakat, Muslimah juga berkewajiban untuk menolong
mewujudkan masyarakat yang sejalan dengan kehendak Allah SWT. Tuntutan supaya
berdakwah bagi Muslimin dan juga Muslimah telah dijelaskan Allah dalam Surah
Ali Imran ayat 104 :"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung."

Tuntutan 'am yang ditujukan kepada laki-laki dan wanita ini patut di-
tunaikan secara berjamaah karena itulah satu cara yang lebih effektif. Pemben-
tukan Daulah Islamiyah memerlukan usaha-usaha gigih bukan orang-orang perseo-
rangan tetapi satu golongan manusia yang bersatu dalam segala usaha dan daya
pemikiran demi mencapai matlamat yang dicita-citakan.

Jelaslah bahwa Muslimah juga berkewajiban melaksanakan dakwah Islamiyah
ini, khususnya kepada golongan wanita di mana Muslimah perlu menjadi contoh
tauladan pribadi mulia dan mengajarkan perkara-perkara yang sulit (bersuci dsb)
yang berkaitan dengan wanita/keluarga serta penyampaian risalah Al Islam itu
sendiri.

Aisyah Ummul Mukminin r.a. merupakan seorang cendekiawan yang telah
meriwayatkan lebih dari 5 ribu buah hadith, dan cuma Abu Huraira r.a. yang
melebihinya. Beliau sering dirujuk oleh sahabat-sahabat Rasulullah SAW dan
kaum Muslimin dan Muslimah 'amnya. Analisanya tepat dan fikirannya tajam dan
terkenal dengan riwayatnya yang sahih dan jujur mengenai sunnah Rasulullah SAW.

KESIMPULANNYA
--------------

Dengan itu jelaslah bagi kita semua bahwa Muslimah juga mempunyai
tugas-tugas dan kewajiban menegakkan Hakimiah lillah di muka bumi ini. Hakimiah
lillah hanya bisa ditegakkan dengan usaha berjemaah. Setiap tugas mereka adalah
merupakan sebagian dari tugas jemaah itu sendiri. Hanya wanita-wanita yang
bersama-sama dengan jemaah saja yang mampu mendidik anak-anak yang mendukung
risalah Al Islam dan menjadi daya penggerak/pendorong suami-suami mereka untuk
mewarisi perjuangan para Anbiyaa'.

Renungan terakhir dari Al Qur'an, Surah Al Baqarah : 208 :"Hai orang-
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah
kamu turuti langkah-langkah syeitan. Sesungguhnya syeitan itu musuh yang nyata
bagimu."

Wallahu a'lam bishowab.

Wassalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuhu,
ukhtifillah,
hanies.

******

*************************
Created at 7:46 AM
*************************

WANITA ISLAM MITHALIYYAH ( 2 )

OLEH : Ustadz Abdul Ghani Shamsuddin
(di seminar serikandi Islam)
=====================================

13. Selalu Beribadat ('abidat) dan Sedia Berhijrah karena Prinsip
-----------------------------------------------------------------

Wanita Islam Mithaliyyah senantiasa mengutamakan prinsip dari yang
lain-lain. Mereka rela berhijrah meninggalkan sanak saudara demi mempertahan-
kan prinsip Islam. Sejarah mencatatkan bahwa Fatimah binti Safwan Ibnu Umiyah
isteri Omar bin Said Ibnu Al'As, Aminah binti Khaif isteri Khalid bin Said,
Ramlah Ummu Habib binti Abi Sufyan isteri Abdullah bin Jahay, Barakah binti
Yasar isteri Qais bin Abdullah, Ummu Harmalah isteri Qais, Ramlah binti Abi
Auf isteri Al Muttalib bin Azhar, Raithah isteri Harith Ibnu Khalid, Hind
binti Abi Ummayah Ibnu Al Mughairah isteri Abi Muslimah bin Abdul Asad, Fati-
mah binti Al Khattab dan banyak lagi yang lain yang telah berhijrah ke Haba-
syah demi agama mereka. Asma' binti Qais telah dua kali berhijrah ke Haba-
syah dan ke Madinah.

Wanita yang berkepribadian ialah yang teguh dan kuat berpegang kepada
prinsip hidupnya. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tahrim ayat 5 : "Boleh
jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih
baik daripada kamu; yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang
mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan."

Wanita Islam Mithaliyyah kuat beribadat sebab ibadah itu menolong se-
seorang menguatkan iradah dan keimanannya. Iradah yang kuat diperkuat dengan
memaksa diri agar terlibat dengan kerja-kerja yang berat dan besar. Kerja-
kerja ini hendaklah terus-menerus dilakukan dan tidak diabaikan walaupun se-
hari. Ini bisa dilakukan melalui ibadah nawafil atau membaca sejarah para
pejuang besar Islam di zaman silam. Allah menerangkan :"Bila kamu berazzam
(melakukan sesuatu) maka bertawakkallah kepada Allah.

14. Sebagai Ibu Melahirkan Pahlawan Cekatan dan Sabar Menangggung Penderitaan
-----------------------------------------------------------------------------

Wanita Islam Mithaliyyah ialah yang dapat membedakan pendidikan ter-
hadap anak lelaki dan anak perempuan. Semangat kepahlawanan, keberanian dan
pengorbanan ditanamkan sejak kecil pada anak lelakinya. Sedangkan sifat ke-
wanitaan yang sempurna dipupuk pada anak perempuan.

Maryam Jameelah menulis dalam bukunya yang berjudul "Islam in Theory
and Practice" : "Tugas utama seorang ibu Muslim adalah berusaha sekuat daya
membujuk anak-anaknya supaya menaati ajaran-ajaran al Qur'an dan Sunnah Ra-
sulullah SAW. Banyak terdapat wanita-wanita Muslim di negara-negara bukan
Arab yang bersungguh-sungguh membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab setiap pagi
tanpa sedikitpun memahami maknanya. Kebanyakan gadis-gadis yang cenderung ke
arah Islam terutama sekali mereka-mereka yang mendapat pelajaran modern yang
membaca Al Qur'an, Al-Hadith dan lain-lain tulisan mengenai Islam seolah-olah
ini semua sebagai satu falsafah yang abstrak dan mulia. Tidak sesaatpun ter-
gerak dalam hati mereka agar meninggalkan dari menonton film-film kotor di
bioskop-bioskop, mendengar lagu-lagu lucu di corong radio dan menyanyikan
pula atau menghadiri majlis-majlis sosial yang bercampur lelaki dan wanita
dengan memakai pakaian yang ketat dan tidak sopan. Ibu-ibu Muslim hendaklah
memberitahu anak-anak gadis dan anak-anak tarunanya oleh karena kawan-kawan
yang sebaya dengan mereka di sekolah atau maktab melakukan perkara ini, per-
kara-perkara ini tidaklah semestinya menjadi benar. Wanita-wanita Muslim
seharusnya membaca Al Qur'an dan Al-Hadith supaya arahan-arahannya diamalkan
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Terdapat banyak ibu-ibu Muslim yang me-
nyimpan Al Qur'an yang dibungkus dalam kain sutera yang cantik diletakkan
di atas lemari untuk mengumpulkan debu. Beratus-ratus malah beribu-ribu buah
Al Qur'an yang dibiarkan itu menjerit secara senyap :"Wahai, ambillah kami!
Bacalah kami ! PATUHILAH kami! "

Ibu-ibu telah biasa membaca majalah-majalah wanita sehingga mereka
terpaksa menerima penentangan anak-anak muda mereka terhadap nilai-nilai
moral dan nilai-nilai Islam yang kukuh, kejahilan mereka, kelakuan buruk,
lekas tertarik kepada perkara-perkara remeh dan dangkal, penentangan mereka
terhadap apa saja yang dianggap "tradisional", dan ketidaksabaran mereka ke-
pada "perubahan" yang mendadak - yakni, atheism dan materialism- sebagai
fakta biologi bagi anak-anak muda zaman modern dan tidak ada apapun yang
dapat dilakukan tentang perkara ini kecuali menyerah diri kepada trend yang
ada. Ini adalah tidak benar. Ini bukanlah suatu perkara yang boleh diabaikan,
sebenarnya tenaga yang diperlukan untuk menentang propaganda yang sedang
berjalan ini amatlah sedikit tidak seperti yang dikira. Belia-belia kita se-
cara tabi'i bertindak hasil dari apa yang diajar oleh ibu-bapak mereka, se-
kolah-sekolah dan maktab-maktab dan dari apa yang mereka baca, lihat dan
dengar melalui media massa. Jika kesemuanya ini mengajar cara-cara Islam dan
tidak cara-cara Barat, pemuda-pemudi ini akan mempunyai perasaan, cara ber-
pikir dan kelakuan yang berlainan sama sekali. Untuk mewujudkan perubahan yang
amat perlu ini maka wanita dapat memainkan peranan penting karena ia dapat
memberi pengaruh yang hakiki ke atas anak-anaknya yang sedang tumbuh.

Ajaran Islam mengenai Purdah menghendaki wanita tinggal bersendirian
dan secara hurwat dan menggunakan sebagian besar dari masanya di rumah, ia
hanya keluar apabila keadaan memerlukan atau barangkali karena menziarahi
kaum keluarga dan sahabat handai tolan wanitanya. Pengaruh yang paling baik
yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya yang sedang tumbuh
berkembang ialah dengan menjadi contoh yang baik bagi mereka. Ibu yang rajin
mengurus kerja-kerja rumah, menjaga, mengawasi dan mendisiplinkan anak-anaknya
dan membuat kerja-kerja lain, menyediakan suatu suasana keIslaman yang sehat
kepada anak-anak kecil yang dapat menolong mengikis pengaruh-pengaruh yang
tidak diingini yang begitu banyak yang akan dihadapi apabila ia besar nanti.
Ibu-ibu hendaklah memberi didikan Islam kepada anak-anak mereka sejak ia masih
kecil. Al-Hadith menerangkan kepada kita tentang anak-anak para Sahabat yang
membaca Al Qur'an sebelum mereka lepas dari menyusu ibunya ! Sebaiknya saja
ketika bayi itu bisa berbicara ia mesti diajar Kalimah Syahadah dan lain-lain
kalimah seperti Bismillah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, InsyaAllah, MasyaAllah,
sholat dan lain-lain, dan apabila dia telah bisa berdiri dan berjalan, dia
harus digalakkan mengikuti ibunya (seperti anak-anak kecil gemar melakukannya)
apabila ia menunaikan sholat. Apabila anak itu meningkat umur tujuh tahun, ibu-
ibu hendaklah menyuruh anak-anaknya mengerjakan sholat tiap waktu dan memukul
mereka jika mereka tidak berbuat demikian apabila mereka berumur sepuluh tahun.
Dengan ini, anak-anak telah membiasakan diri mereka mengerjakan kewajiban-kewa-
jiban mereka terhadap Allah SWT dan tugas-tugas mereka terhadap sesama makhluk
sebelum mereka baligh. Kepatuhan terhadap kewajiban-kewajiban ini hendaklah
diikuti dengan penerangan yang mudah dan jelas sesuai dengan peringkat umur dan
kemampuan anak-anak. Ibu hendaklah menghiburkan anak-anaknya dengan cerita-ce-
rita kegagahan pejuang-pejuang Islam pada masa dahulu dan kini dan coba memberi
perangsang kepada mereka supaya mempunyai cita-cita meneladani mereka. Apabila
anak-anak itu telah bisa membaca, ibu-ibu hendaklah menyediakan di rumahnya ke-
mudahan buku-buku dan risalah-risalah Islam yang menarik dan menggalakkan anak-
anaknya membaca sendiri. Anak-anak yang besar dan belia bukan saja mesti dibe-
ritahu supaya jangan menonton film-film kotor di bioskop-bioskop atau mende-
ngar siaran radio atau televisi yang tidak berfaedah tetapi juga ia hendaklah
menerangkan apakah yang salah mengenai perkara-perkara itu. Jika ibu itu mem-
punyai radio atau televisi, ia sendiri hendaklah mendisiplinkan dirinya untuk
mendengarkan Tilawah, siaran berita, deklamasi-deklamasi sajak yang Syar'ii
dan rancangan pendidikan yang sehat. Tidak ada keadaan yang membolehkan seorang
ibu membenarkan dendangan lagu-lagu pop karena ia merupakan contoh pengaruh
pribadi yang paling tidak baik bagi anak-anaknya. Jika terdapat anak-anaknya
mulai menyanyi lagu-lagu yang mereka dengar atau pelajari dari radio atau tele-
visi tetangga mereka, ia hendaklah menyuruh mereka berhenti dan memberitahu
mereka bahwa hendaklah mereka merasa malu menyanyikan lagu-lagu kotor itu.

Ibu Muslim dalam setiap keadaan sekalipun jangan rela mengantar anak-
anak mereka ke sekolah-sekolah missionari Kriten atau konven-konven di mana
anak-anak mereka dipisahkan sama sekali dari pusaka kebudayaan Islam walaupun
ia mesti menyadari bahwa sekolah-sekolah kebangsaan negara juga tidak memberi
penyelesaian yang lebih baik dari itu. Ibu-ibu mestilah menambah pelajaran ma-
terialistis itu dengan pelajaran bahasa Arab, Al Qur'an dan Al-Hadith dari
guru-guru tersendiri yang datang ke rumah jika ia mampu atau jika ia tidak
mampu ini bisa dipelajari oleh anak-anak itu di mesjid-mesjid dan diberikan
juga lain-lain latihan yang ia sendiri mampu untuk melakukannya. Ia hendaklah
membaca dengan teliti semua buku-buku teks anaknya dan menunjukkan kepada mere-
ka pelajaran-pelajaran tertentu yang diajarkan di sekolah itu adalah tidak be-
tul, palsu dan bermaksud jahat dan ibu-ibu juga hendaklah memberi penerangan
dengan cara yang meyakinkan anak-anaknya.

Ibu Muslim hendaklah menghiasi rumahnya supaya menjadi rumah tangga
yang menarik dalam batas-batas kemampuannya. Banyak rumah-rumah orang-orang
Pakistan yang telah saya perhatikan di Lahore, walaupun rumah-rumah orang-
orang pertengahan, kelihatan seperti tempat buang sampah dan kotor. Banyak
wanita-wanita Pakistan yang saya kenali mempunyai tabiat membiarkan sampah-
sampah di lantai, terutama sekali di halaman dan di dapur. Mereka lebih rela
tinggal dalam keadaan kotor daripada menyapu lantai. Pendidikan Islam hendaklah
mengajarkan kebersihan dan kerapian kepada gadis-gadis. Wanita tidak boleh me-
rasa malu menyapu dan membersihkan rumah mereka sendiri. Mereka tidak boleh
mengharapkan orang-orang gajian yang mengerjakannya selalu. Jika ibu Muslim itu
ialah orang yang berada, ia janganlah menunjuk-nunjukkan atau berbelanja secara
berlebih-lebihan dalam menghiasi rumahnya; bahan-bahan hiasan yang mahal dan
mubazir seperti membeli sofa-sofa ala-Barat, meja hias dan intan permata
hendaklah ia elakkan. Seni khat yang diambil dari Al Qur'an dan Al Hadith yang
digantung di dinding dapat menjadi sebagai hiasan dan lebih dari itu mengi-
ngatkan pula bahwa ini ialah rumah orang Islam. Potret-potret keluarga atau
rekan-rekan jangan dibuat bingkai atau digantung di dinding karena memperli-
hatkan gambar-gambar ini bertentangan dengan ajaran Islam. Pendidikan Islam
hendaklah mengajar gadis-gadis sekurang-kurangnya asas-asas ilmu kesehatan,
pertolongan cemas dan saji makanan tentang bagaimana menyediakan makanan yang
'halal'. Banyak di antara wanita-wanita Islam yang tidak tahu tentang pera-
turan saji makanan yang seimbang dan ada yang tidak tahu memberi makan kepada
anaknya dengan secukupnya walaupun makanan yang sesuai itu mudah didapati dan
mereka mampu membelinya.

Asma' binti Umais adalah contoh seorang ibu yang sabar menanggung tri-
bulasi perjuangan. Ia kehilangan tiga orang suami yang merupakan pahlawan dan
pemimpin Islam yang berani. Ja'afar bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shidiq,
dan Ali bin Abi Thalib semasa hidupnya. Beliau terpaksa sendirian membela na-
sib anak-anak yatim yang ditinggal mati bapanya.

15. Melibatkan Diri dalam Harakah/Jema'ah
-----------------------------------------

Tanpa kekuatan jemaah kerja-kerja membina masyarakat dari segi kemanu-
siaan tentu suka. Sebab itu perlu ada harakah, amal jamaii, organisasi. Pengli-
batan diri dalam Harakah Islamiyah bukti wujudnya kesadaran mendalam dalam diri
wanita Islam Mithaliyyah.

Untuk kelangsungan dan kelicinan dalam berharakah mesti ada kesetiaan
dan ketaatan pada Amir, selama Amir itu tetap berpegang teguh kepada aturan-
aturan Al Qur'an dan Al Hadith yang telah diajarkan Allah SWT melalui Rasul-
Nya SAW.

16. Berjihad dan sebagai Pembantu di Barisan Belakang
-----------------------------------------------------

Said Abdullah Seif al Hatimy menerangkan dalam bukunya "Women in Islam"
"Kami melihat wanita Islam mengambil bagian di dalam jihad sewaktu di zaman
Rasulullah SAW dan selepasnya. Tugas utama mereka adalah di dalam bidang-bidang
berikut : "Merawat dan menjahit pakaian untuk para tentara, menyediakan makanan
untuk mereka, memberi mereka air, dan keperluan-keperluan asas yang lain."

Wanita Islam Mithaliyyah tidak rela tinggal diam tanpa jihad menentang
kepalsuan dan kebatilan. Kecewa hatinya jika ia tidak dapat menyertai rombongan
perjuangan. Sebab itu Nusaibah telah mengetuai delegasi para wanita berjumpa
Rasulullah SAW memohon kebenaran beliau untuk mereka mengambil bagian di dalam
jihad sebagaimana yang dilakukan oleh pihak lelaki. Rasulullah SAW bertanya
kepada mereka,"Apa yang kamu (kaum wanita) bisa lakukan, O Nusaibah ? " Maka
Nusaibah pun menjawab, "Kami bisa memperbaiki pakaian, menjaga yang cedera dan
sakit dengan menenangkan mereka, merawati yang sakit dan memberi air kepada
semua."

Wanita Islam Mithaliyyah memiliki persediaan untuk berjihad bertempur
dan mengobarkan semangat jantan dan kepahlawanan kaum lelaki untuk mengejar
jihad. Allama Syed Sulaiman Nadwi menerangkan dalam bukunya "Heroic Deed of
Muslim Women" : "The historian Tabari makes a special reference to Umm Hakim
the daughter of Harith in this battle (Perang Yarmuk). Ibn Athir says that
Asma, the daughter of Yazid, alone killed nine Roman soldiers. Waqidi give
the name of some women who fought gallantly in the battle of Yarmuk ; Asma
the daughter of Hazrat Abu Bakr, the wife of Abadah and Samit; Khaula, the
daughter of Thalaba; Kand, the daughter of Malik; Salmah, the daughter of
Hashim; Noom, the daughter of Qanas; dan Afira, the daughter of Afara."

Dalam zaman modern ini kaum wanita Islam Iran telah membuktikan peng-
libatan dan pengorbanan yang banyak demi menjatuhkan rezim zhalim Shehin Iran
bersama-sama kaum lelaki. Mereka keluar berarak beramai-ramai menunjuk perasa-
an, menentang ketidakadilan, kepalsuan dan kekejaman, menyertai gerakan revo-
lusi Islam.

PENUTUP

******

*************************
Created at 7:39 AM
*************************

WANITA ISLAM MITHALIYYAH ( 1 )

BY : Ustadz Abdul Ghani Shamsuddin

Rasulullah SAW bersabda : "Empat perkara dari kebahagiaan (yang memba-
hagiakan) adalah : wanita (isteri) yang saleh, tempat tinggal yang lapang, te-
tangga yang saleh dan kendaraan yang baik. Sedang empat perkara dari nasib
malang adalah : tetangga yang jahat, wanita (isteri) yang buruk (perangainya),
kendaraan (yang sering) rusak dan tempat penginapan yang sempit." Dan dalam
sabda beliau yang lain :"Dunia semuanya adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan
adalah wanita (isteri) yang saleh."

Bagi seorang pemuda Islam, wanita Islam mithaliyyah adalah merupakan
impiannya. Ia bercita-cita untuk mendapatkan seorang suri rumahtangga -yang
kalau bisa - mempunyai empat ciri, yaitu cantik rupawan, hartawan, bangsawan
dan berpegang teguh dengan ajaran agama. Tetapi angan-angan ini jarang dapat
terlaksana, sebab wanita yang memenuhi empat ciri ini terlalu sukar untuk di-
temui.
Seorang pemuda akan menyia-nyiakan umurnya sampai tua untuk mencari
Kibrit Al Ahmar seperti ini. Tidak ada pilihan melainkan terpaksa tunduk pada
realita. Rasulullah SAW menganjurkan agar dalam memilih jodoh, dipilih wanita
yang Zatu Addin yang berpegang teguh kepada agama. Inilah yang bisa membawa
berkah kepada seseorang lelaki.

Rasulullah SAW bersabda : "Dunia ini semuanya perhiasan. Sebaik-baik
perhiasan dunia ini adalah wanita (isteri) yang saleh." Beliau menerangkan
lagi dalam sabdanya : "Wanita dinikahi karena empat perkara : karena hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah
yang (kuat) beragama niscaya kamu beruntung."

Arahan Rasulullah SAW ini menunjukkan bahwa mithaliyyah yang dimaksud-
kan ialah wujudnya sifat-sifat yang terpuji dan mulia dari sudut pandangan
Islam dalam diri wanita yang bersangkutan. Ciri-ciri keunggulan itu dinilai
dan diukur dengan kriteria Islam atau Islamic World View yang selaras dengan
nas-nas syara'.

Memang kesempurnaan pribadi Insan Kamil seperti Rasulullah SAW itu
suatu yang sukar atau mustahil dicapai. Akan tetapi tingkat yang paling hampir
mendekati kesempurnaan mungkin bisa menjadi target bagi insan.

CIRI-CIRI MITHALIYYAH
---------------------

Dalam Surah Al Ahzab 35, Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya lelaki
dan perempuan yang Muslim, lelaki dan perempuan yang mu'min, lelaki dan perem-
puan yang tetap dalam ketaatannya, lelaki dan perempuan yang benar, lelaki dan
perempuan yang sabar, lelaki dan perempuan yang khusu', lelaki dan perempuan
yang bersedekah, lelaki dan perempuan yang berpuasa, lelaki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, lelaki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."

Dalam Surah At-Taubah 71, Allah SWT menerangkan :"Dan orang-orang yang
beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmatullah Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Dengan meneliti ayat-ayat tersebut di atas dan hadits serta tulisan
para ulama' kita bisa merumuskan ciri-ciri mithaliyyah itu sebagai berikut :

1. KeIslaman yang Kental dan Murni
----------------------------------

Penerimaan Islam sebagai tatacara hidup yang dibuktikan pula dengan
komitmen lahiriah terhadap rukun dan ajaran Islam adalah ciri yang pertama.
Manakala menolak dan mendustakan cara hidup atau "addin Al Islami" adalah
tanda kerendahan martabat dan kehinaan. Orang-orang kafir, derajat mereka
lebih rendah daripada binatang. Sebab itu seorang wanita Islam yang tidak
patuh dengan ketentuan Islam seperti terhadap sholat, kewajiban menutup aurat,
kewajiban mendirikan masyarakat atau negara Islam dan lain-lain tidak bisa
menjadi wanita mithaliyyah. Pimpinan wanita untuk dapat dikaitkan dengan per-
kataan "Islam" pada pimpinan atau pertubuhan mereka hendaklah mengamalkan ajaran
Islam, mendukung World View Islam. Jika tidak, itu adalah suatu kepalsuan dan
sandiwara demi kepentingan sendiri semata-mata.

Wanita Islam Mithaliyyah menjauhkan diri dari syirik walaupun berkaitan
dengan amalan tariqat batiniah atau sifat batin.

2. Keimanan yang Jelas dan Teguh
--------------------------------

Komitmen lahiriahnya terhadap Islam terpancar dari kepercayaannya yang
tidak terbagi-bagi terhadap rukun iman dan konsep hidup Islam. Keyakinan ter-
hadap Allah sebagai satu-satunya kuasa tertinggi dan mutlak, sebagai pemberi
rezki yang mutlak, sebagai sumber kebaikan dan yang menentukan bencana dan
lain-lain, tidak tergugat oleh tayangan kuasa dari orang-orang yang menyalah-
gunakan kuasa. Mereka bukan wanita-wanita yang munafik. Iman yang hakiki mem-
bentuk keseluruhan sikap dan budi pekerti wanita Islam Mithaliyyah. Kekuatan
jiwa, keikhlasan hati dan kehalusan budi menjadikan mereka lebih kukuh dan
pejal dari batu dan besi. Rasulullah SAW bersabda : "Apabila Allah selesai
menciptakan bumi maka ia begitu rapuh, bergegar dan runtuh lalu Allah pancang-
kan dengan gunung-gunung hingga ia menjadi tegak. Malaikat merasa kagum dengan
kehebatan gunung-gunung tersebut lalu bertanya."Hai Tuhan kami, adakah makhluk
lain yang Engkau ciptakan lebih hebat dari gunung ?" Allah menjawab,"Iya, yaitu
besi." Mereka bertanya lagi adakah makhluk lain yang Engkau cipta lebih hebat
dari besi. Allah menjawab iya, yaitu api. Mereka bertanya lagi adakah makhluk
lain yang Engkau cipta yang lebih hebat dari api. Allah menjawab iya, yaitu
angin. Mereka bertanya lain adakah makhluk lain yang Engkau cipta lebih hebat
dari angin. Allah menjawab, "Iya, yaitu anak Adam yang apabila ia mengeluarkan
sedekah dengan tangan kanan ia sembunyikan dari tangan kirinya."

3. Konsisten dalam Ketaatannya
-------------------------------

Ketetapan diri dalam mematuhi ajaran Islam, tanda kemantapan iman dan
Islam dalam diri. Ia tidak mudah membuka auratnya karena suatu desakan yang
tidak halal dan tidak benar. Wanita Islam Mithaliyyah teguh pendirian dalam
menghadapi keadaan hidup yang serba menggiurkan dan menggoda. Wanita yang sudah
cair oleh tarikan pengaruh luar yang negatif terikut-ikut dengan arus pakaian
asing yang bercanggah dengan Islam, tidak dapat dianggap Mithaliyyah. Wanita
Islam Mithaliyyah menaati suaminya atau ayah bundanya jika ia belum bersuami.
Dalam kontak harakah ia mendisiplinkan diri dengan disiplin harakah. Tertib
dalam kerja-kerja haraki. Konsisten dalam menyukseskan program Gerakan Islam
yang diikutinya.

4. Jujur dan Benar
------------------

Jujur perlu untuk mendapat kepercayaan Tuhan dan para hamba-Nya. Sang-
gup mengakui kesalahan diri dan menginsyafi hakikat. Tidak menzhalimi kawan atau
lawan dalam membuat tanggapan dan sebagainya. Semuanya ini adalah penting untuk
seorang wanita Islam Mithaliyyah. Kejujurannya bersandarkan kepada kebenaran
atau neraca pertimbangan syara'.

Rasulullah SAW bersabda : "Tidak beriman orang yang tidak amanah."
Juga : "Kejujuran membawa kebaikan dan kebaikan membawa ke syurga. Manakala
dusta membawa kepada kebejatan dan kebejatan membawa ke neraka."

5. Memiliki Kesabaran yang Tinggi
---------------------------------

Oleh karena antara kewajiban orang yang beriman, lelaki dan perempuan
ialah menyuruh yang ma'ruf mencegah yang mungkar, sudah tentulah kewajiban itu
berhadapan dengan rintangan dan ejekan. Sebab itu di samping wanita Islam
Mithaliyyah wajib menjalankan amar ma'ruf nahi'anil mungkar, mereka mestilah
pula memiliki ketabahan hati yang tinggi. Wanita Islam akan diejek, diragukan
dan difitnah dalam pergerakannya. Malah isteri Nabi pun tidak terlepas dari
tuduhan-tuduhan liar yang ingin menghancurkan nama baik. Menutup aurat umpama-
nya dianggap ciri kekunoan dan syarat untuk dipersulit kemasukannya dalam
institusi pelajaran.

Wanita Islam Mithaliyyah tidak terguncang membuang tudung lingkupnya
karena hendak cepat mendapat jodoh. Allah SWT Maha Pengasih tidak akan menyia-
nyiakan nasib orang yang baik. Hanya masyarakat yang zhalim saja yang memaksa
wanita-wanita mereka bertindak bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul.

6. Khusyu' dan Wara'
-------------------

Tanda hati telah diserapi oleh iman ialah ia menjadi tenang dan bening.
Ia merendah diri dan stabil. Hatinya khusyu' terpaut kepada alam tinggi, senan-
tiasa mesra dan menengadah kepada Ilahi ketika ramai dan seorang diri. Senanti-
asa ingat akan pandangan Allah tertumpu pada dirinya. Ia peka dengan peristiwa
sekitar dirinya yang dianggapnya punya pertanda tertentu tentang derajat ke-
kentalan hubungannya dengan Allah. Wanita Islam Mithaliyyah mestilah seorang
yang wara' menjauhi tempat atau suasana yang bisa membawa fitnah dan omongan
orang yang tidak baik tentang marwah diri dan sebagainya.

Kalau wanita Islam justru menari-nari dan berfoya-foya di khalayak
ramai, jari-jemarinya menjadi sentuhan ramai tangan lelaki atau tubuhnya menja-
di hidangan para peminat, tentulah sulit sekali mendapat julukan Mithaliyyah.
Wanita Islam Mithaliyyah amat menghindarkan diri dari perkara haram. Jika sua-
minya keluar mencari nafkah, hati dan lidahnya mengingatkannya tentang mereka
adalah tanggungan dan amanah Allah. Mereka harus dibiayai dari rezki yang ha-
lal. Jika tidak para isteri dan anak-anak akan hidup dan membesar dari rezki
yang haram. Daging yang tumbuh dari rezki yang haram ke nerakalah tempatnya.
Kewara'annya mencegah suami dari melakukan yang haram walaupun bakal mengha-
dapi keadaan hidup yang agak sulit.

7. Sedia Berkorban dan Bersedekah
---------------------------------

Binti Ubaid bin Tha'labah atau 'Affra' seorang ibu dari Bani Malik
bin Hajjar mengorbankan tiga orang anaknya dalam perjuangan bersama-sama
Rasulullah SAW yaitu : Auf, Mu'aas dan Mu'awwis. Yang pertama dan kedua telah
bersama-sama membunuh Abu Jahal. Asma' binti Abu Bakr mengatakan : "Bagiku
tidak ada masalah untuk mengotorkan kaki dengan debu-debu sewaktu-waktu demi
perjuangan Fisabilillah." Dalam menasihati Abdullah Ibnu Zubair anaknya, Asma'
berkata : "Hai anakku, hiduplah dalam keadaan mulia, atau mati dalam keadaan
mulia. Jangan rela menjadi tawanan orang."

Wanita Islam yang baik harus sanggup berkorban karena harakah dan bukan
mengorbankan harakah karena kepentingan diri sendiri.

8. Menguasai Nafsu dan Sering Berpuasa
---------------------------------------

Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa celakalah hamba isteri, hamba
pound (dinar), hamba dollar (dirham) dan hamba baju. Ingatan ini memberikan
suatu isyarat bahwa wanita mungkin menjadi sebab kepada terjerumusnya suami
melakukan yang haram. Emosi yang meluap-luap sehingga memuja isteri dan menurut
telunjuknya yang bertentangan dengan Islam dan lain-lain adalah suatu perbuatan
yang tercela.

Wanita Islam Mithaliyyah sering mengamalkan puasa yang sunat apalagi
yang wajib. Selalu mengikuti program latihan rohaniah dan ilmiah untuk menji-
nakkan nafsu dan menguatkan daya penguasaan akal waras. Ia senantiasa mengi-
ngat-ingat ayat-ayat Al Qur'an yang mengandung ancaman seperti : "(Allah
berfirman kepada Malaikat) Tangkap dan belenggulah tangannya ke lehernya. Ke-
mudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belit-
kan dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia da-
hulu tidak beriman kepada Allah yang Maha Besar. Dan juga tidak mendorong
orang lain memberi makan pada orang miskin. Tiada teman seorang pun baginya
hari ini di sini. Makanan sedikit pun tiada baginya kecuali dari darah dan
nanah, yang hanya akan dimakan oleh orang-orang yang berdosa."

Firman Allah : "(Makanan Syurga) itukah hidangan yang lebih baik
ataukah pohon saqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon saqqum itu sebagai
siksaan bagi orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya dia dalah sebatang pohon
yang keluar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala syeitan-
syeitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon
itu maka mereka memenuhi perutnya dengan buah saqqum itu. Kemudian sesudah
makan buah itu mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat
panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka
jahiim.

9. Menjaga Kehormatan Diri dan Marwah
-------------------------------------

Wanita Islam Mithaliyyah bukan pendukung Women's Lib. atau partipasi
wanita yang tidak tunduk kepada garis-garis syara'. Wanita Islam Mithaliyyah
tentu bukan Miss World atau Ratu Cantik Nasional atau sebarang ratu yang
memperagakan keindahan tubuhnya. Wanita Islam yang sebenarnya ialah yang
mengadakan isi Bai'ah Annisa : perjanjian wanita dengan Rasulullah.

Allah SWT berfirman : "Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-
perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan
mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan ber-
zina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka
ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakan dalam
urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonlah ampunan
Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Pergaulan bebas tanpa mengenal batas bertentangan dengan ciri-ciri
Mithaliyyah. Kebekuan tanpa usaha menggerakkan masyarakat ke arah kebaikan
bertentangan dengan ciri-ciri Mithaliyyah. Pakaian yang tidak menutup aurat,
perlakuan takassur (yaitu kata-kata manja dan lain-lain yang mengobarkan
darah muda dan syahwat melalui cara berkata atau cara berjalan dan bergaul)
dan taghannu, kebiasaan biking dan membonceng kendaraan siapa saja tanpa
sebab atau terdesak, semuanya bertentangan dengan ciri-ciri wanita Islam
yang baik.

Menjadi sumber perangsang berkobarnya libido sexuality orang banyak
dengan fashion atau perlakuan yang menyolok mata membawa fitnah dan maksiat
tidak dapat dianggap wanita Islam yang baik walaupun ia seorang bintang dalam
Merak Kayangan, pemimpin, tokoh atau yang dikatakan sebagai orang dakwah.

10. Selalu Banyak Mengingati Allah
----------------------------------

Azzakirat, ialah wanita yang selalu berzikir mengingat dan menyebut
nama Allah. Lisannya tidak banyak menceritakan keburukan orang. Ia bukan
tukang umpat, tukang bual dan tukang cacat. Lidahnya lebih banyak menyebut
yang positif dan membangun. Tapi tidak pula membisu dalam menentang kemung-
karan dan kezhaliman. Lidahnya tajam memerangi kebatilan justru ingatannya
yang kuat kepada suruhan Allah itu sendiri.

Begitu juga hendaklah ada unsur-unsur keseimbangan dalam hal tersebut.
Wirid tasbih dan zikir yang ma'thur menjadi basahan lidahnya, setiap hari dan
setiap malam.

Zikirullah meneguhkan 'padhail annafsiyah' dalam diri untuk menentang
kecenderungan ke arah kejahatan seperti hasad dengki, bakhil, ujub, riya',
dusta, mengumpat, membawa sulut, menghina dan mengejek, perbuatan sia-sia dan
marah-marah tanpa alasan.

11. Berilmu dan Bijaksana
-------------------------

Tanpa ilmu banyak mengurangkan nilai kebaikan seseorang. Orang-orang
yang tidak berilmu senantiasa besar kemungkinan untuk mereka terjatuh dan
salah. Sebab itu wanita Mithaliyyah mestilah selalu mengikuti tamrin, usrah,
program-program tarbiyah dan muzakarah sehingga memiliki kebijaksanaan dalam
menggerakkan usaha pergerakan ke arah menunjangi Al Ma'ruf memberantas yang
Mungkar.

Maryam Jameelah menerangkan : "Wanita yang buta huruf dan lesu tidak
mungkin menghadapi pengaruh-pengaruh anti-Islam yang mengancam anak-anaknya
siang dan malam. Hanya ibu yang bijak, berpelajaran dan bersemangat saja yang
bisa menghadapi tugas-tugas ini." [Maryam Jameelah "Islam in Theory and Prac-
tice"]

Menuntut ilmu adalah kewajiban tiap muslim lelaki dan perempuan. Ra-
sulullah SAW menerangkan hal ini. Wanita Islam di zaman beliau pernah mengadu
kepada beliau, "Nampaknya orang lelaki telah menghabiskan waktu engkau (wahai
Rasulullah) sehingga kami tidak ada bagian. Berikanlah kepada kami suatu masa
khusus untuk kami." Maka Rasulullah SAW pun menetapkan hari khusus untuk me-
reka berjumpa dengan beliau dan belajar.

Wanita Islam Mithaliyyah bijaksana dalam bergaul, melayani suami,
membela anak, membagi-bagi waktu antara tugas terhadap keluarga dan masyarakat.

12. Berani Menghadapi Resiko Perjuangan
---------------------------------------

Ketika Abdullah bin Zubair mengadu kepada ibunya Asma' binti Abu Bakr,
beliau berkata, "Ibuku, nampaknya ramai orang yang berpaling dan tidak setia
mendukung aku. Yang tinggal hanya beberapa orang saja. Paling mampu sabar ber-
tahan untuk beberapa waktu saja. Kalau lawanku menawarkan berapa dan apa saja
yang aku mau dari kenikmatan dunia, apa pendapat ibu ? "

Asma' pun menjawab, "Engkau, wahai anakku lebih arif tentang dirimu
sendiri. Jika engkau yakin bahwa engkau benar menyeru kepada kebenaran, terus-
kanlah perjuanganmu. Sekiranya engkau hendakkan dunia maka buruk sekalilah
engkau ini. Engkau membinasakan dirimu dan nyawa rekan-rekanmu yang telah per-
gi. Jika engkau beralasan dan mengatakan : 'Sebenarnya dulu aku di pihak yang
benar, kemudian rekan-rekanku hilang semangat, maka aku pun lemah juga,' maka
ini bukanlah sifat orang yang merdeka dan beragama. Berapa lama benarlah
engkau akan hidup ? Mati lebih baik."

Di antara fenomena berani ialah :

1. Dapat mengekalkan kestabilan diri dan normal. Tidak nervous dan kalut dalam
bertukar pikiran, debat, menerangkan pendapat sendiri untuk mempertahankan
pegangannya.

2. Dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Bersedia untuk membetulkan ke-
salahan orang dalam amalan dan aqidah.

3. Terus terang menyatakan yang hak. Tidak hirau terhadap ancaman dan dugaan
dalam menegakkan kebenaran.

Seorang wanita Islam telah membetulkan kekhilafan Khalifah Rasulullah
yang kedua yaitu Sayyidina Umar r.a. tentang maskawin. Sayyidina Umar tidak
segan-segan mengakui kebenaran pendapat wanita itu dan menerimanya.

Islam membentuk syakhsiah wanita Islam menjadi insan merdeka dan
berwibawa, sedangkan sistem hidup jahiliyah membentuk insan terbelenggu dan
kecut dengan akta-akta baru.

******

*************************
Created at 7:21 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Linkzz

Archieve

January 2005[x] February 2005[x] September 2005[x]