PERANAN MUSLIMAH | Tuesday, September 27, 2005
PERANAN MUSLIMAH
PERANAN MUSLIMAH DALAM MENEGAKKAN DAULAH ISLAMIYAH
(Petikan daripada Taklimat Masulah, perkemahan Muslimah Musim Panas) ==================================================================== MUQADDIMAH ----------
Islam adalah satu sistem hidup yang unik yang mempunyai nilai-nilai hidup tersendiri yang Rabbani, yang tidak dapat ditandingi oleh apa-apa isme pun hasil ciptaan manusia. Di dalam setiap wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Ar-Rasul SAW telah nyata ada terselipnya unsur-unsur keselamatan dan kebahagiaan manusia seluruhnya; khususnya bagi mereka-mereka yang mau tunduk untuk mengabdikan diri mereka kepada Pencipta Yang Maha Agung. Adalah menjadi satu ciri yang unggul di dalam perencanaan sistem hidup Islam yang mana tanggung jawab setiap anggota masyarakatnya telah disusun rapi dan teratur, agar dapat melahirkan satu masyarakat yang dapat hidup di dalam kedamaian dan keluhuran serta tinggi budi pekertinya, di mana kaum lelaki dan wanita saling membantu di dalam rangka usaha mereka mencari keridhoan Ilahi.
Tetapi malangnya...sesudah berlalunya generasi Al Qur'an yang unik, nilai-nilai murni Islam telah mulai pudar dan mulai dilupakan. Muslimin dan Muslimah mulai suka mengkhayal dan terlena didendangkan oleh irama jahiliyah yang tidak henti-hentinya berusaha untuk menidurkan ummat Islam di seluruh muka bumi ini. Islam tidak mati...cuma ummatnya saja yang sudah lama nyenyak tidurnya. Kini sudah sampailah saatnya ummat Islam dikejutkan dan dibangkitkan, supaya dapat menjalankan tanggung jawab mereka sebagai khalifatullah fil ard... menyambung risalah Rasulullah SAW sebelum tibanya Yaumul Hisab nantinya.
Melalui seerah Rasulullah SAW, telah diketahui bagaimana usaha Rasulu- llah SAW membangkitkan ummah di zaman itu yakni Baginda Rasul SAW telah memulai kebangkitan itu dari orang perseorangan, kemudian keluarga dan seterusnya ma- syarakat Islam. Di sinilah wanita Muslim yang merupakan sendi dan anasir Sali- hah (vital elements) pembinaan masyarakat, memainkan peranan mereka.
Peranan wanita Muslim bisa dibagi kepada tiga bagian besar :
(a) Sebagai Muslimah sejati (b) Sebagai isteri/ibu (c) sebagai individu dalam masyarakat
a) Sebagai Muslimah Sejati --------------------------
Sebagai insan yang diciptakan Allah di muka bumi ini perlulah para Muslimah memahami tentang tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Bukan ciptaan yang sia-sia malahan berfungsi besar. Allah SWT berfirman :"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (S. Ali Imran : 191)
Konsep Tauhid dan pengertian Ibadah yang sebenarnya perlu dipahami oleh Muslimah. Ibadahnya pada Allah SWT tidaklah terbatas di atas hamparan tikar sembahyang saja. Allah SWT berfirman :"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (S. Adz-dzaariyat : 56)
Al Qur'an juga menuntut Muslimah (beserta Muslim semuanya) supaya taat pada perintah Allah SWT. Pribadi yang tinggi serta akhlaq yang mulia sangatlah dianjurkan sebagaimana yang telah diterangkan di dalam Al Qur'an (umpamanya sifat-sifat jujur, ikhlas, sabar, tawadhu', tidak dengki dan iri hati, selalu berjihad, dsb.) Firman Allah SWT dalam Al Qur'an :"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mu'min, laki-laki dan pe- rempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar-benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki- laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah ; Allah telah menyediakan untuk mereka am- punan dan pahala yang besar." (S. Al Ahzab : 35)
Jelaslah bahwa di dalam melaksanakan tuntutan ad-Deen, Muslimin dan Muslimah mempunyai peranan dan tanggung jawab yang telah disesuaikan oleh Allah SWT menurut fitrah dan keupayaan masing-masing. Renungkan juga Surah An Nisa' : 124, Allah SWT berfirman : "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik ia laki-laki ataupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun."
Maka seorang wanita Muslim itu berhak menerima ganjaran dari Allah SWT, semata-mata dengan ikhlasnya menunaikan tanggung jawab yang telah ditentukan oleh Allah SWT pada dirinya.
b) Muslimah Sebagai Isteri Dan Ibu ----------------------------------
Keluarga, sebagai suatu unit sosial telah diberikan kepentingan yang besar di dalam masyarakat. Islam selanjutnya telah memberikan kedudukan yang lebih istimewa. Allah SWT berfirman : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpkir." (S. Ar-Rum : 21)
Perkawinan adalah sebuah institusi untuk mendirikan keluarga, dan di- sifatkan oleh Islam sebagai satu-satunya cara yang sah untuk memenuhi keinginan syahwat (Rasulullah SAW telah menyuruh pemuda-pemuda yang telah aqil baligh dan mampu menikah, dan bagi mereka-mereka yang tidak mampu karena kemiskinan, dianjurkan supaya berpuasa - Sahih Muslim). Mengambil perempuan simpanan adalah dilarang karena ini merupakan penghinaan terhadap kaum wanita dan merugikan anak-anaknya nanti.
Dengan itu perkawinan di sisi Islam adalah ke arah satu perjanjian individu (civil) dan tidak bisa menjadi sah tanpa kerelaan kedua belah pihak. Perkawinan juga suatu ikatan yang dapat menguatkan lagi keimanan aqidah dan untuk seterusnya Muslim dan Muslimah dapat terus-menerus melaksanakan kehendak- kehendak Islam.
Tugas sebagai isteri yang sholehah dan taat pada suami (di dalam batas syara') amatlah dimuliakan. Di dalam sebuah hadith Ar-Rasul SAW bersabda : "Kalau seandainya aku dibolehkan menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan isteri itu sujud pada suaminya."
Melaksanakan tanggung jawab di dalam rumah tangganya (menjaga makanan dan pakaian keluarga serta kebersihan rumah tangga) sehingga dapat menjadikan rumahnya bersuasana aman damai serta tentram bagi suami untuk pulang sesudah seharian menjalankan tugas di luar, juga adalah ibadah yang dituntut Islam. Nabi SAW bersabda : "Semua kamu penggembala, dan bertanggung jawab terhadap apa yang digembalakannya. Wanita adalah penggembala dalam rumah tangga suaminya dan bertanggung jawaa (akan diperhitungkan nanti di akhirat) di dalam pengu- rusannya." (Bukhari dan Muslim)
Si isteri jugalah sumber dorongan, daya penggerak dan tidak putus- putusnya memberi perangsang, mencari tahu dan simpati terhadap suami yang perlu melaksanakan tugas-tugas dakwah yang berat dan penting di luar rumah. Janganlah sekali-kali ia menjadi batu penghalang, melemahkan semangat per- juangan suaminya dengan perkara-perkara remeh karena ini akan mengganggu keseluruhan proses tajdid yang mana setiap usaha individu-individu masyarakat perlu digemblengkan ke arah ini.
Di dalam Surah At Taghabun : 14, Allah SWT berfirman :"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka barhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sebagai satu contoh yang paling baik, lihat saja keistimewaan Khadijah r.a. isteri Rasulullah SAW. Beliaulah yang membujuk dan memberi semangat di saat-saat Rasulullah SAW gemetar dan ketakutan setelah berhadapan dengan Jibril a.s. buat pertama kalinya. Dengan tenangnya dan lemah lembut beliau menentram- kan hati suaminya agar tak perlu risaukan atas kemurkaan Allah terhadapnya ka- rena Rasulullah SAW tidak pernah melakukan perkara-perkara terkutuk dan di sam- ping itu selalu memperhatikan keadaan orang-orang lain dan fakir miskin.
Setelah Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul Allah, beliaulah wanita yang mula-mulai melafazkan kalimah tauhid dan tanpa berpikir panjang telah mengambil keputusan untuk berdiri di sisi suami tercinta, ketika risalah sudah mulai menggegerkan bumi Mekkah dan orang-orang Islam mulai disiksa dan ditin- das. Sehingga sampai akhir hayatnya, beliau masih tetap dengan kesetiaannya dan telah dijanjikan Allah SWT syurga yang kekal abadi.
Umm Sulaym r.a. juga merupakan srikandi yang perlu dicontoh oleh para Muslimah. Kematian anak yang dikasihi diterima dengan kesabaran dan dirahasia- kannya berita itu dari suaminya yang baru saja pulang dari berjuang yang ketika itu memerlukan layanan dari isterinya. Setelah kepenatan suami hilang dan sua- sana agak sesuai, barulah diberitahukannya keadaan yang sebenarnya. Berkat ke- tabahan dan ketaatan Umm Sulaym, Rasulullah SAW telah mendoakan agar Allah SWT merahmati kedua pasangan suami istri itu yang mana mereka berdua akhirnya men- jadi ibu dan ayah sahabat yang muttaqin (Abdullah bin Talha).
Sebagai seorang isteri, kesetiaan dan kepatuhan kepada suaminya bukan- lah karena dianggap derajatnya itu lebih rendah, tetapi karena ia menerima suami sebagai pelindungnya. Al Qur'an telah menjelaskan di dalam Surah An-Nisa' ayat 34 : "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Sebab itu maka wanita yang sholeh itu ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya sebab Allah telah memelihara (mereka)...."
Untuk menjadi ibu yang baik diperlukan Muslimah yang patuh kepada ajaran Islam. Seorang ibu Muslim itu membesarkan anak-anaknya dengan satu keghairahan untuk menanam dan mempertahankan nilai-nilai Islam. Rumah tangganya perlu mencerminkan keIslaman, pergaulan anggota keluarga penuh kasih sayang dan saling hormat-menghormati. Ibulah pendidik utama anak-anaknya yang bakal menyambung tugas para anbiyaa'. Ibulah juga yang bertanggung jawab memupuk semangat jihad, mencintai kebaikan dan keadilan serta membenci segala kemung- karan. Di dalam hadith Ar-Rasul SAW bersabda : "Tidak ada dari anak-anak mela- inkan dilahirkan atas fitrah, dua ibu-bapanya-lah yang menyebabka dia menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi."
Al Qur'an telah pula memuliakan tugas ibu yang bersusah payah mengan- dung, melahirkan dan membesarkan serta mendidik zuriatnya dengan tabah dan tanpa jemu. Allah SWT berfirman :"Dan Kami amanatkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, kepada-Ku-lah kembalimu." (S. Luqman : 14)
Tugas ibu memelihara serta mendidik anak-anaknya adalah satu tugas besar yang sepenuh masa -tidak 'part time' atau sambilan-sambilan saja. Bukan tujuan Islam melahirkan generasi yang semata-mata mendapat kepuasan material yakni cukup makan dan pakaian dan mendapat pelajaran 'tinggi' karena ini adalah matlamat (tujuan) masyarakat jahiliyah yang materialistik.
Dalam pembentukan Daulah Islamiyah kita terus-menerus memerlukan tenaga- tenaga yang berani lagi ikhlas, berkepribadian keIslaman yang mulia, pendukung- pendukung dan penyambung risalah dan mujahid-mujahid yang tidak gentar dengan lambaian maut. Nah, itulah anak-anak yang seharusnya lahir dari sebuah keluarga Muslim.
Asma' bt. Abu Bakr telah berhasil mendidik anaknya Abdullah al Zubair sejak kecil, supaya cuma takut kepada Allah SWT saja. Pernah suatu ketika, anak-anak sedang bermain-main di jalan, maka lewatlah Umar Al Khattab yang terkenal dengan ketegasan dan kegarangannya itu. Semua anak di situ telah lari menjauhkan diri dari Umar r.a. kecuali Abdullah, dan ketika ditanya Umar r.a. Abdullah menjawab bahwa jalan itu cukup luas untuk siapa saja, dan di samping itu ia tidak melakukan apa-apa kesalahan yang menyebabkan ia melarikan diri.
Bundanya juga merupakan seorang ibu yang teguh imannya, walaupun di saat-saat yang genting telah menggalakkan anaknya untuk menggadaikan nyawa untuk Islam. Ketika anaknya mengatakan kerisauannya yang mana mayatnya akan dipotong-potng oleh musuh jika ia gugur, maka dijawab oleh ibu Muslim sejati itu, "Apakah dipikir, seekor kambing sesudah disembelih itu akan merasakan sakit ketika dikoyak-koyak kulitnya ?"
Satu lagi contoh masyhur tentang keibuan yang matang ialah kisah Tumadhir, seorang penyair yang mana sebelum Islam, beliau menghabiskan waktu untuk menangis, meratap dan meraung di atas kematian saudara-saudaranya dengan mengarang syair sedih. Tatkala peperangan Al-Qadisiah meletus, beliau telah banyak memberi dorongan kepada empat puteranya supaya turut berjuang. Kese- dihannya telah melahirkan semangat baru dalam hati putera-puteranya dan mereka telah berhasil menjadi syuhada'. Tumadhir tidak lagi meratapi atau meraung, malah telah mengucap syukur ke hadirat Allah yang telah mengaruniakan kematian putera-puteranya.
Inilah ibu-ibu Muslim yang patut jadi teladan bagi semua Muslimah. Dan demikianlah nilai-nilai yang mereka tanamkan di dalam diri anak-anak mereka yang patut dicontoh oleh ibu-ibu Muslimah atau calon ibu-ibu Muslimah sekarang.
c) Sebagai Individu Dalam Masyarakat ------------------------------------
Sebagai anggota masyarakat, Muslimah juga berkewajiban untuk menolong mewujudkan masyarakat yang sejalan dengan kehendak Allah SWT. Tuntutan supaya berdakwah bagi Muslimin dan juga Muslimah telah dijelaskan Allah dalam Surah Ali Imran ayat 104 :"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung."
Tuntutan 'am yang ditujukan kepada laki-laki dan wanita ini patut di- tunaikan secara berjamaah karena itulah satu cara yang lebih effektif. Pemben- tukan Daulah Islamiyah memerlukan usaha-usaha gigih bukan orang-orang perseo- rangan tetapi satu golongan manusia yang bersatu dalam segala usaha dan daya pemikiran demi mencapai matlamat yang dicita-citakan.
Jelaslah bahwa Muslimah juga berkewajiban melaksanakan dakwah Islamiyah ini, khususnya kepada golongan wanita di mana Muslimah perlu menjadi contoh tauladan pribadi mulia dan mengajarkan perkara-perkara yang sulit (bersuci dsb) yang berkaitan dengan wanita/keluarga serta penyampaian risalah Al Islam itu sendiri.
Aisyah Ummul Mukminin r.a. merupakan seorang cendekiawan yang telah meriwayatkan lebih dari 5 ribu buah hadith, dan cuma Abu Huraira r.a. yang melebihinya. Beliau sering dirujuk oleh sahabat-sahabat Rasulullah SAW dan kaum Muslimin dan Muslimah 'amnya. Analisanya tepat dan fikirannya tajam dan terkenal dengan riwayatnya yang sahih dan jujur mengenai sunnah Rasulullah SAW.
KESIMPULANNYA --------------
Dengan itu jelaslah bagi kita semua bahwa Muslimah juga mempunyai tugas-tugas dan kewajiban menegakkan Hakimiah lillah di muka bumi ini. Hakimiah lillah hanya bisa ditegakkan dengan usaha berjemaah. Setiap tugas mereka adalah merupakan sebagian dari tugas jemaah itu sendiri. Hanya wanita-wanita yang bersama-sama dengan jemaah saja yang mampu mendidik anak-anak yang mendukung risalah Al Islam dan menjadi daya penggerak/pendorong suami-suami mereka untuk mewarisi perjuangan para Anbiyaa'.
Renungan terakhir dari Al Qur'an, Surah Al Baqarah : 208 :"Hai orang- orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syeitan. Sesungguhnya syeitan itu musuh yang nyata bagimu."
Wallahu a'lam bishowab.
Wassalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuhu, ukhtifillah, hanies.
******
*************************
Created at 7:46 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Linkzz
Archieve
January 2005[x] February 2005[x] September 2005[x]
|
|